Jumat, 29 Maret 2019

PKP Universitas Terbuka Semester 7


LAPORAN
PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI KEGIATAN BOARD GAME (DADU) DI KELOMPOK B RA AN NAULI
TAHUN PELAJARAN 2017/2018

                                               DISUSUN OLEH       :
NAMA           : NURLATIFA PANGGABEAN
NIM                : 825938469
PROGRAM   : S1 PAUD
POKJAR       : SIBOLGA
Gambar terkait

UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH ( UPBJJ )
MEDAN
                                                  2018
 “MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI KEGIATAN BOARD GAME (DADU) DI KELOMPOK B RA AN NAULI TAHUN PELAJARAN 2017/2018”
Oleh  :
Nurlatifa Panggabean
NIM.825938469

                                                     ABSTRAK[1]
         RA.An Nauli Pandan merupakan Taman Kanak- kanak tempat penulis melakukan penelitian. Pembelajaran yang digunakan menggunakan benda konkrit dan menyenangkan,pembelajaran yang menyenangkan salah satunya menggunakan media.
         Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung melalui kegiatan Board Game (Dadu) di RA. An- Nauli Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah. Objek penelitian ini berupa kemampuan berhitung anak meliputi menghitung benda/gambar,penjumlahan dan pengurangan.Subjek penelitian ini anak kelompok B RA An Nauli Pandan yang berjumlah 15 anak terdiri dari 8 laki-laki dan 7 Perempuan. Kegiatan perbaikan pembelajaran terdiri dari 2 siklus yang setiap siklusnya melakukan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Waktu pelaksanaan siklus ini adalah selama 10 hari yaitu siklus I pada tanggal 9/ sd 13 April 2018, dan siklus II yaitu pada Tanggal 16 s/d 20 April 2018.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan kemampuan berhitung   menggunakan Dadu.Hal ini terlihat dari kemampuan anak dari siklus 1 bahwa 6 orang anak atau 40 % sudah mulai berkembang, 5 orang anak atau 33 % berkembang sesuai harapan dan 4 orang anak atau 26 % berkembang sangat baik.Harapan pada siklus 2 kemampuan berhitung anak mencapai 2 orang anak atau 13 % sudah mulai berkembang, 7 orang anak atau 46 % berkembang sesuai harapan dan 6 orang anak atau 40 % berkembang sangat baik.
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan Taman kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan pra-sekolah yang terdapat dijalur pendidikan sekolah (PP No.27 Tahun 1990). Sebagai lembaga pendidikan pra sekolah, tugas utama TK adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan,sikap,perilaku,keterampilan dan intelektual agar dapat melakukan adaptasi dengan kegiatan belajar yang sesungguhnya disekolah dasar. Masa kanak-kanak merupakan masa golden age (Usia emas),pada usia ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat pada berbagai aspek perkembangannya.
Menurut J.Piaget dalam Yuliani Nurani Sujiono (2004:3.4) menyatakan bahwa perkembangan kognitif anak usia dini berada pada tahapan praoperasional yaitu anak menggunakan simbol dan penyusunan tanggapan internal. Pada masa ini anak masih berada pada tahap belajar sambil bermain (learning By Doing), sesuai dengan prinsip belajar seraya bermain. Untuk dapat menggali potensi yang dimiliki oleh setiap anak,maka diperlukan adanya usaha yang sesuai dengan kondisi anak masing-masing. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara bermain sambil berhitung.
Berhitung di Taman kanak-kanak tidak hanya terkait dengan kemampuan kognitif saja,tetapi juga kesiapan mental sosial,emosional karena dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara menarik, bervariasi dan menyenangkan. Metode berhitung yang sangat diperlukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari,terutama konsep bilangan merupakan dasar pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan selanjutnya (Depdiknas,2007,1).
Berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan berhitung di RA An Nauli kelompok B  dengan permasalahan baik dari guru maupun siswa dan sumber belajar sebagai Pendukungnya ditemukan adanya beberapa permasalahan sebagai berikut :
1.      Dari 15 anak baru 6 orang anak atau 40 % paham lambang bilangan sedangkan 9 anak atau 60 % belum paham lambang bilangan.
2.      Untuk proses berhitung gambar atau benda hanya 5 orang anak atau 33% yang menghitung secara benar sesuai jumlah gambar atau benda sedangkan 10 orang anak atau 67% belum mampu menghitung secara mandiri.
3.      Untuk proses berhitung tambah secara sederhana hanya 5 orang anak atau 33% yang mampu dan faham menjumlahkan angka.Sedangkan 10 orang anak atau 67% belum paham menjumlahkan tanpa benda atau media.
4.      Untuk proses berhitung kurang secara sederhana hanya 4 orang anak atau 26,66% yang faham dan mampu melakukan sementara 11 orang anak atau 73,33% anak belum mampu mengurangi tanpa bantuan benda atau media.
5.      Dari 15 orang anak yang mengikuti pembelajaran berhitung sekitar 6 orang anak atau 40% yang aktif mengikuti pembelajaran sedangkan 9 orang anak 60% masih pasif mengikuti pembelajaran berhitung.
6.      Metode yang digunakan guru kurang menarik dan kurang menyenangkan bagi anak sehingga anak tidak tertarik untuk belajar berhitung.
Oleh karena itu peneliti berusaha untuk memperbaiki pembelajaran agar tercipta suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan dan anak-anak tertarik untuk belajar berhitung.Maka peneliti tertarik untuk membuat penelitian kelas tentang “Meningkatkan kemampuan berhitung melalui kegiatan board game (dadu) di kelompok B RA An Nauli Tahun Pelajaran 2017/2018”.







3
1.      Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas,maka identifikasi masalah  dalam kegiatan belajar mengajar sebagai berikut :
a.       Anak masih belum bisa menghitung gambar atau benda yang berdekatan sering kali dilewatkan dan ditambah-tambahkan sehingga tidak sesuai dengan jumlah gambar/benda yang sesungguhnya.
b.      Hasil belajar siswa yang tidak sesuai harapan guru.
c.       Strategi guru yang masih klasik tanpa menggunakan media dan alat peraga.
d.      Perilaku anak yang masih pasif dan malas tanpa dimotivasi guru.
e.       Kurangnya kemampuan konsep bilangan berhitung tambah kurang secara sederhana.

2.      Analisis Masalah
Adapun masalah yang dihadapi dalam kegiatan berhitung melalui dadu adalah hanya 40% anak yang mengenal konsep bilangan dan paham berhitung tambah kurang, 33% pula anak yang dapat berhitung. Anak yang telah mengenal angka dan bisa berhitung tentunya dapat menghitung bentuk tambah kurang dalam bentuk sederhana dan anak yang belum tahu berhitung tentu belum bisa berhitung dan paham mengenai tambah kurang dalam bentuk sederhana sehingga saat pembelajaran berhitung anak masih pasif dan tidak mau tahu tentang berhitung.

3.      Alternatif dan Prioritas Pemecahan
Adapun alternatif dan prioritas pemecahan masalah dalam penggunaan dadu, yaitu :
a.       Guru memaksimalkan cara mengajar anak terutama memahami anak didik,agar  guru mengerti apa yang diinginkan oleh anak.
b.      Mengulang-ulang cara berhitung menggunakan benda atau media sehingga secara tidak langsung anak mampu melakukan perhitungan.

4
c.       Memamfaatkan lokasi dan fasilitas yang ada dan berusaha untuk menutupi kekurangan anak sehingga tidak merasa bosan saat bermain.
d.      Memotivasi anak untuk terus mencoba dan mencoba lagi sampai anak mampu berhitung dan paham berhitung tambah kurang dalam bentuk sederhana  dan memberi penghargaan.
B.Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas,maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :“ Bagaimana cara meningkatkan kemampuan berhitung anak melalui kegiatan bermain board game (Dadu) di ke B RA An Nauli tahun pelajaran 2017/2018 ?
C.Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Sesuai dengan rumusan masalah diatas,maka tujuan perbaikan pembelajaran dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan berhitung melalui kegiatan board game (Dadu) di kelompok B RA An Nauli tahun pelajaran 2017/2018.
D.Mamfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Adapun perbaikan ini diharapkan bermamfaat bagi :
1.      Bagi Anak didik
a.       Mendorong semangat belajar anak didik terhadap pelajaran berhitung.
b.      Menanamkan pengertian bilangan dan kecakapan dasar berhitung.
c.       Membantu anak didik menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit
d.      Menumbuhkan minat anak dalam berhitung sambil bermain sesuai dengan kebutuhan anak.
2.      Bagi Guru
a.       Menambah wawasan tentang stimulasi yang tepat dalam merangsang perkembangan kognitif anak dalam berhitung.
b.      Memudahkan guru untuk melatih keterampilan dan kesabaran dalam mengajarkan pelajaran berhitung.
5
c.       Membangkitkan kreativitas guru dalam menerapkan dan menciptakan inovasi dalam kegiatan pembelajaran.
d.      Guru dapat berkembang secara profesional karena mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
e.       Guru lebih percaya diri karena mampu menemukan kekuatan dan kelemahan dan mengembangkan akternatif untuk mengatasi kelemahannya.
3.      Bagi Orangtua
a.       Agar dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam berhitung melalui bermain dadu.
b.      Sebagai pendorong untuk pelaksanaan pendidikan sehingga menjadi pengetahuan bagi orangtua.
4.      Bagi sekolah
a.       Sekolah mampu mengembangkan model-model pembelajaran.
b.      Kegiatan pembelajaran dikelas akan lebih efektif dan efesien.
c.       Kemampuan guru dalam melakukan penelitian dengan berbagai strategi perbaikan pembelajaran,diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan secara optimal dan hasilnya bisa disebarluaskan kesekolah lain.
d.      Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah tercermin dari peningkatan kemampuan guru,hasil belajar siswa.








6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Pengertian tentang Kemampuan
Kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti kuasa,sanggup,melakukan sesuatu,dapat,berada,kaya,mempunyai harta berlebihan ( Kamus Besar Bahasa Indonesia ). Kemampuan adalah sesuatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Menurut Chaplin Ability (Kemampuan, kecakapan, ketangksana,bakat, kesanggupan) merupakan tenaga untuk melakukan sesuatu perbuatan. Sedangkan menurut Robbins kemampuan merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek.
Menurut Ahmad Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata kecakapan. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda beda dalam melakukan suatu tindakan. Kemampuan adalah yang dapat dikuasai oleh anak setelah terjadinya proses belajar.kemampuan anak TK tentu tidak sama dengan kemampuan anak pada jenjang yang lebih tinggi,mengingat usia, kematangan cara berpikir anak belum maksimal (PGTK 2402).

B.     Hakikat Berhitung
1.      Pengertian Berhitung
Berhitung adalah usaha melakukan, mengerjakan hitungan seperti menjumlah, mengurangi serta memanipulasi bilangan-bilangan dan lambang-lambang matematika. Secara umum permainan matematika untuk anak usia dini bertujuan agar anak-anak mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung sejak dini.
Menghitung merupakan cara belajar mengenal angka, kemudian menggunakan nama angka tersebut untuk mengidentifikasi jumlah benda. Menghitung merupakan kemampuan akal untuk menjumlahkan. Membedakan angka dan menunjukkan angka atau nomor adalah simbol atau lambang (Syamsiatin,2006:11).
7
Kegiatan berhitung untuk anak usia dini disebut pula kegiatan yang menyebutkan urutan bilangan atau membilang buta. Anak menyebutkan urutan bilangan tanpa menghubungkan dengan benda benda konkret. Pada usia 4 tahun mereka dapat menyebutkan bilangan sampai sepuluh, sedangkan usia 5-6 tahun dapat menyebutkan bilangan sampai seratus (Sriningsih,2008).
2.      Teori yang mendasari perlunya permainan berhitung di Taman kanak –kanak sebagai berikut :
a.       Tingkat perkembangan mental anak
                         Jean Piaget, menyatakan bahwa kegiatan belajar memerlukan kesiapan dalam pendidikan anak. Artinya belajar sebagai proses membutuhkan aktivitas fisik maupun pisikis,selain itu kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan tahap tahap perkembangan anak.
b.      Masa peka berhitung pada anak
Apabila anak sudah menunjukkan masa peka (Kematangan) untuk berhitung,maka orangtua dan guru harus tanggap untuk segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya.
c.       Perkembangan awal menentukan perkembangan anak selanjutnya
Hurlock (1993) mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya. Anak yang mengalami masa bahagia berarti terpenuhi segala kebutuhan baik fisik maupun psikis diawal perkembangannnya diamalkan akan sangat melaksanakan tugas-tugas perkembangan Erikson, menerangkan apa yang dipelajari seorang anak tergantung bagaimana orangtua memenuhi kebutuhan anak akan makanan,perhatian,cinta kasih.
3.      Tujuan Pembelajaran Berhitung
Secara umum tujuan berhitung bagi anak usia dini bertujuan untuk mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung. Secara khusus dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini melalui pengamatan terhadap benda-benda konkrit gambar-gambar atau angka-angka yang terdapat disekitar.


8
Menurut Piaget, tujuan pembelajaran berhitung anak usia dini sebagai logico-mathematical learning atau belajar berpikir logis dan matematis dengan cara menyenangkan dan tidak rumit. Jadi, tujuan pembelajaran berhitung anak usia dini yaitu untuk melatih anak berpikir logis dan sistematis sejak dini dan mengenalkan dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga pada saat nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya yang lebih kompleks.
4.      Prinsip – Prinsip Berhitung
a.       Menurut Depdiknas (2000:8)
Prinsip-prinsip dalam menerapkan permainan berhitung di Taman kanak-kanak yaitu permainan berhitung diberikan secara bertahap, diawali dengan berhitung benda-benda atau pengalaman peristiwa konkrit yang dialami melalui pengamatan terhadap alam sekitar dan melalalui tingkat kesukarannya. Misalnya dari konkrit ke abstrak,mudah ke sukar dari sederhana ke kompleks. Permainan berhitung akan berhasil jika anak diberi kesempatan berpartisipasi dan dirangsang untuk menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri.
b.      Menurut Yew ( Dalam Susanto,2011:103)
Prinsip - prinsip mengajarkan berhitung  pada anak, membuat pelajaran yang menyenangkan, mengajak anak terlibat secara langsung, membangun keinginann dan kepercayaan diri dalam menyesuaikan berhitung, hargai kesalahan anak dan jangan menghukumnya, fokus pada apa yang dicapai anak.
         Dapat disimpulkan prinsip – prinsip berhitung bagi anak usia dini yaitu :
o   Pembelajaran secara langsung yang dilakukan oleh anak didik melalui bermain atau permainan yang diberikan secara bertahap.
o   Menyenangkan bagi anak anak melalui bermain dan tidak memaksakan kehendak guru dimana anak diberi kebebasan untuk berpartisipasi atau terlibat langsung menyelesaikan masalah.
9
5.      Mamfaat Pengenalan Berhitung
a)      Mengembangkan aspek perkembangan dan kecerdasan anak dengan menstimulasi otak untuk berpikir logis dan matematis (Suyanto,2005).
b)      Melalui berbagai pengamatan terhadap benda sekelilingnya dapat berpikir secara sistematis dan logis,dapat beradaptasi dan menyesuaikan dengan lingkungannya dalam keseharian memerlukan kepandaian berhitung
( Siswanto,2008:44).
c)      Memiliki Apresiasi,konsentrasi serta ketelitian yang tinggi
d)     Mengetahui konsep ruang dan waktu
e)      Mampu memperkirakan urutan sesuatu
f)       Terlatih,menciptakan sesuatu secara spontan sehingga memiliki kreativitas dan imajinasi yang tinggi.

C.    Konsep Teori Bermain
1.      Pengertian
Bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Suntrock,1978).Bermain dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban. Piaget menjelaskan bermain terdiri atas tanggapan yang diulang sekedar untuk kesenangan fungsional. Bermain merupakan salah satu pengalaman belajar yang sangat berharga dalam semua aspek kecakapan. Dengan bermain anak memiliki kesempatan untuk membangun relasi dengan orang lain,melatih keterampilan motorik serta memamfaatkan kapasitas visualnya (Brooks dan Elliot,1971).
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik,intelektual,emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar menyesuaikan diir dengan lingkungan melakukan apa yang dapat dilakukan dan mengenal waktu, jarak serta suara        ( Wong,2000).

10
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan dalam dirinya yang tidak ia sadari (Miller dan Keong,1983). Bermain adalah segala aktivitas untuk memperoleh rasa senang tanpa memikirkan hasil akhir yang dilakukan secara spontan tanpa paksaan orang lain,yang perlu diperhatikan orangtua,bermain haruslah kegiatan yang menyenangkan bagi anak.
Menurut N.Murdiati Sulastomo (2002) kegiatan bermain yang dilakukan berdasarkan inisiatif anak. Anak diberi kesempatan memilih kegiatan bermain sendiri dan anak menentukan bagaimana untuk melakukan permainan tersebut.

2.      Ciri-Ciri Bermain
a.       Spontan
Kegiatan bermain dapat terjadi tanpa ada perencanaan sebelumnya. Contohnya ketika anak laki laki melihat bola secara spontan anak akan menendang bola tersebut.
b.      Bermain berarti anak aktif melakukan kegiatan
c.       Menyenangkan
d.      Bermain sesuai keinginannya tanpa ada paksaan dan tekanan pihak lain.
e.       Bermain dilakukan atas keinginan dan kemauan anak sendiri.
3.      Fungsi Bermain
a.       Memperkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya melalui gerak, melatih motorik halus, motorik kasar dan keseimbangan karena ketika bermain fisik anak belajar memahami bagaimana kerja tubuhnya.
b.      Mengembangkan keterampilan emosinya,rasa percaya diri pada orang lain,kemandirian dan keberanian untuk berinisiatif.
c.       Mengembangkan kemampuan intelektualnya karena melalui bermain anak sering kali melakukan eksplorasi terhadap sesuatu yang ada dilingkungannya.
d.      Mengembangkan kemandiriannya dan menjadi dirinya sendirinkarena bermain anak selalu bertanya, meneliti lingkungan,belajar mengambil keputusan, berlatih peran sosial sehingga anak menyadari kemampuan dan kelebihannya.
11
4.      Bermain Mengembangkan Kemampuan Kognitif
     Piaget (1962) anak belajar mengontruksi pengetahuan dengan berinteraksi dengan objek yang ada disekitarnya. Bermain menyediakan kesempatan bagi anak untuk berinteraksi dengan objek. Anak memiliki kesempatan untuk menggunakan indranya seperti menyentuh, mencium, melihat dan mendengarkan. Bermain menjembatani anak dari berpikir konkret ke berpikir abstrak.Vygostky (1976) menyatakan bahwa pada saat bermain, pikiran anak terbebas dari situasi kehidupan yang nyata yang menghambat anak berpikir abstrak. Penelitian Hoorn (1993) menunjukkan bahwa bermain memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir logis,imajinasi dan kreativitas.
D.     Board Game ( Dadu )
1.      Pengertian
Board Game adalah permainan yang dimainkan oleh dua orang atau lebih, berupa papan permainan yang telah dibentuk sedemikian rupa sesuai jenis permainan.Board game bisa menggunakan dadu, koin kartu yang digunakan dengan cara tertentu, sesuai dengan peraturan masing masing jenis board game tersebut. Beberapa board game memang ditunjukkan pada anak anak,seperti shoots dan ladders yang kita kenal permainan ular tangga yang muncul abad ke 19 untuk mengajarkan kepada anak anak menghitung dan konsep keberuntungan. Board game adalah jenis permainan yang memiliki keunikan tersendiri dan mempunyai pengaruh kuat atas perkembangan jiwa dan mental anak-anak.
Dadu berasal dari bahasa latin “datum” yang berarti suatu yang diberikan atau dimainkan (Wikipedia). Dadu adalah suatu objek kecil umummnya berbentuk kubus yang digunakan untuk menghasilkan angka atau simbol acak.
Dadu adalah kubus kecil berisi yang terbuat dari kayu,plastik dan gading pada sisinya diberi mata satu samapi enam (1-6) yang diatur singga dua sisi yang
12
saling berhadapan selalu berjumlah tujuh ( Kamus besar bahasa Indonesia,2002:228). Dadu juga merupakan media yang bisa digunakan dalam pembelajaran matematika untuk mengembangkan kemampuan operasi penjumlahan (Andriyani,2009).
Menurut pendapat Jones (1993:82,Andriyani.2009) bahwa dadu dapat membantu anak dalam membangun konsep bilangan dan berhiyung,berhitung dalam arti menghitung jumlah mata dadu yang kemungkinan muncul.
2.      Bentuk-bentuk Permainan dadu
Berbagai permainan dadu secara aktif melibatkan anak dapat disusun dengan cara yang kreatif. Berbagai variasi dari permainan dadu ini,imajinasi dan pengetahuan seorang guru diperlukan. Beberapa permainan dadu yang dapat dilakukan anak usia dini bahkan dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan mengenal bilangan anak (Tn,2008:34).
a.       Bermain dadu mengitung angka
Membutuhkan satu dadu, permainan diawali dengan suit untuk menentukan giliran pertama melempar dadu, anak yang menang melempar dadu anak menghitung dan menyebutkan angka yang muncul pada bagian atas dadu, menghitungnya mulai dari angka satu sampai angka yang muncul dibagian atas dadu dan memcari angka yang sama. kemudian mengambil benda atau gambar sesuai dengan angka yang muncul dan menyimpannya, kemudian dihitung satu persatu.
b.      Permainan satuan dan puluhan
a.       Tentukan giliran
b.      Kocok dadu dan jumlahkan anka pada kedua dadu
c.       Tuliskan jumlah tersebut pada kertas
d.      Peserta pertama yang pertama kali mencapai 50 menjadi pemenang



13
c.       Cara memainkan dadu dalam pembelajaran berhitung atau mengenal penjumlahan yaitu dengan dilempar sebanyak dua kali. Pada lemparan pertama, anak menghitung jumlah titik yang muncul lalu menghitung titik mata dadu yang muncul pada lemparan yang kedua kemudian menjumlah kan titik dadu yang muncul, dilakukan secara berulang ulang dalam satu kelompok.
3.      Kelemahan dari pembelajaran melalui bermain dadu
a.       Banyak menyita waktu untuk melihat mata dadu yang muncul karena anak harus melempar dadu tersebut. Waktu ya g agak lama karena harus melempar dua kali atau tiga kali kemudian ditung atau dikurangi untuk penambahan dan pengurangan.
b.      Kadang kadang mata dadu yang muncul tidak sesuai dengan harapan anak, misalnya anak menginginkan mata dadu yang muncul angka enam ternyata angka empat anak sedikit merasa kesal.
c.       Memerlukan banyak sekali dadu, karena menyesuaikan dengan jumlah anak-anak agar mereka tidak saling berebutan.
4.      Kelebihan dari pembelajaran melalui bermain dadu
a.       Anak memilih sendiri dadu yang dilemparnya sehingga anak bersemangat, pemberian kesempatan pada anak untuk melakukan yang ia inginkan merupakan hal yang menyenangkan bagi anak, anak akan merasa bersemangat dan rasa percaya diri akan tumbuh.
b.      Tidak mengantuk dan bosan karena anak beraktivitas secara aktif.Anak diberi kesempatan untuk melempar, mengelompokkan, menghitung dan mengurangi sehingga anak aktif.
c.       Anak tertarik untuk mengetahui mata dadu yang muncul dari lemparan yang dibuatnya sendiri. Anak merasa bangga jika angka yang muncul sesuai dengan keinginannya. Sedangkan anak yang belum bisa mengitung dan mengelompokkkan jumlah mata dadu akan berusaha mencoba dan mencoba lagi.Dalam hal ini guru berperan sebagai motivator, memotivasi anak untuk mengambil melempar dadu dengan antusias dengan menghitung jumlah


14
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A.    Subjek,Tempat dan Waktu serta pihak yang Membantu penelitian
1.      Subjek
Guru RA An Nauli dan Anak kelompok B RA An Nauli Pandan yang berjumlah 15 orang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 7 orang perempuan
2.      Tempat lokasi
Sekolah RA An Nauli berada di Jl.D.L.Tobing Perum Tolang Elok No.01 A Aek Tolang kabupaten Tapanuli Tengah
3.      Waktu pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan pada hari senin sampai jum’at,yang terdiri dari 2 siklus,yaitu siklus 1 dimulai dari tanggal 9 april sampai 13 april 2018.Siklus ke 2 dari tanggal 16 april sampai 20 april 2018.
4.      Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah TK Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA) Sibolga Selatan dengan jumlah siswa 18 orang yang terdiri dari 6 orang perempuan dan 12 orang laki – laki.
5.      Pihak yang membantu penelitian yaitu Bapak Salmon Tambunan,S.Pd,M.Pd dan Supervisor 2 Ibu Nursalis Sidabutar,S.Pd.I.









16
B.     DESAIN PROSEDUR PERBAIAKAN PEMBELAJARAN
Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan dua siklus yaitu:

Text Box: PELAKSANAAN
Text Box: PERENCANAAN
Oval: SIKLUS II
Text Box: REFLEKSI
Text Box: PELAKSANAAN
Text Box: PENGAMATAN
 
















Gambar 1
          Langkah-langkah PTK (Wardhani dan Wihardit, 2007)

17
1.      Rencana
a.       Tindakan yang akan dilaksanakan/alternatif
o   Kegiatan belajar dengan menggunakan dadu dilakukan diruangan,dengan membagi anak perkelompok disetiap siklus.
o   Alat permainan/dadu yang digunakan diletakkan diatas meja anak-anak,sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
o   Pengaturan kelas dilakukan agar anak merasa nyaman sebelum memulai pembelajaran yang berbentuk permainan.
o   Pemberian umpan balik yang menunjukkan penghargaan atas unjuk kerja anak anak membuat kegiatan pembelajaran lebih baik dan menimbulkan rasa menyenangkan bagi anak anak.
b.      Langkah-langkah Perbaikan
o   Guru mengajak anak-anak bersama sama menyanyikan lagu “123” menggunakan jari-jari tangan.
o   Guru membagikan dan meletakkan dadu diatas meja setiap anak
o   Guru memberi petunjuk cara memainkan dadu dan memberi contoh cara menghitung mata dadu yang muncul
o   Guru memberi kesempatan kepada anak untuk mencontohkan melempar dadu dan menghitung mata dadu yang muncul sebelum kegiatan dilakukan
o   Guru meminta anak anak secara serentak untuk melempar mata dadu dan menyebutkan angka secara bergiliran.
o   Guru meminta anak untuk meletakkan anak dadu ke kertas dadu sambil berhitung sesuai mata dadu yang muncul.
o   Guru menjelaskan kembali cara bermain dadu untuk berhitung tambah kurang bentuk sederhana menggunakan dadu.
o   Guru mengobservasi dan memperhatikan kemajuan anak dalam berhitung menggunakan dadu.


18
2.      Pelaksanaan
a.       Perencanaan Tindakan
o   Mendiskusikan permasalahan yang selama ini diamati dikelas bersama supervisor,agar dapat mengatasi permasalahan tersebut.
o   Menentukan upaya-upaya perbaikan yang mungkin dapat dilakukan
o   Menyusun pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus pertama
o   Meminta pendapat teman sejawat untuk berkolaborasi mengamati keterlaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan
o   Menjumpai kepala sekolah untuk memberitahu rencana guru untuk memperbaiki proses kegiatan pembelajaran
o   Membuat lembar pengamatan
o   Merencanakan pengelolaan kelas
o   Membuat pengumpulan data hasil belajar anak

b.      Pelaksanaan Tindakan
o   Menyepakati mekanisme pelaksanaan kegiatan pembelajaran bersama pengamat
o   Melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran sesuai rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran memberi penilaian terhadap hasil unjuk kerja anak.







19
1.      Pengamatan/Pengumpulan Data/Instrument

No
Kegiatan/Uraian
yang diamati
Indikator
Nilai
KB
B
BS
1
Perencanaan Kegiatan
o   Menyusun rencana kegiatan
o   Alat permainan yang digunakan
o   Kegiatan awal,inti dan akhir
o   Pengaturan waktu
o   Pengaturan kelas
o   Alat penilaian
o   Kegiatan yang akan dilakukan




P
P




P
P
P
P
P

2
Pelaksanaan Kegiatan
o   Kesesuaian rencana dengan pelaksanaan
o   Penampilan guru
o   Cara guru memotivasi anak
o   Minat anak melakukan kegiatan
o   Hasil unjuk kerja anak
o   Penilaian yang akan dilakukan guru


P

P
P

P
P



P





                                                     Tabel.1








20
2.      Refleksi
a)      Kekuatan dan kelemahan tindakan perbaikan kegiatan pengembangan
   kekuatan :
o   Kegiatan dan indikator sesuai tingkat perkembangan anak
o   Materi yang disajikan sesuai dengan kemampuan anak
o   Media yang digunakan sesuai dengan materi yang
menunjukkan ketertarikan anak pada kegiatan berhitung
o   Anak merasa puas dengan hasil unjuk kerjanya.
o   Anak bersemangat dan bergembira ketika melakukan kegiatan
   Kelemahan :
o   Ketika guru memberikan petunjuk cara menggunakan media anak anak sebagian asyik memainkan dadu.
o   Media yang digunakan terbatas sehingga anak anak berebutan untuk memainkan dadu
o   Pada umumnya minat anak tidak menunjukkan kemauan untuk berhitung jika tidak dikontrol guru melakukan kegiatan.
o   Anak sebagian tidak sabar menunggu giliran ketika memainkan dadu ketika dibentuk kelompok
b)      Kekuatan atau kelemahan diri dalam merancang dan melakukan serta tindakan perbaikan kegiatan pengembangan.
   Kekuatan :
o   Berusaha memperbaiki kegiatan dengan merancang dan melakukan variasi kegiatan pembelajaran dan pengelolaan kelas
o   Menyediakan media sesuai jumlah anak dan kebutuhan anak
Kelemahan:
o   Tidak berusaha untuk berdiskusi dengan teman sejawat dalam merancang kegiatan agar lebih baik dan berhasil dalam pelaksanaan.



21
C.     TEKNIK ANALISIS DATA

        Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis diskriptif :
a.       Hasil bermain dianalisis dengan analisis diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes antar siklus maupun dengan indikator kinerja.
b.      Observasi maupun penugasan dengan analisis diskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi.
















22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


I.Siklus 1
A.    DESKRIPSI HASIL PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

Siklus pertama ini dilaksanakan pada tanggal 9 april sampai 13 april 2018, pada tahap ini guru menyusun rencana kegiatan berdasarkan pokok bahasan dan tema yang akan diajarkan yaitu kemampuan berhitung anak meliputi merumuskan tujuan pembelajaran, menyusun langkah-langkah pembelajaran, merencanakan metode apa yang sesuai pokok bahasan yang diajarkan dan bagaimana melaksanakannya, serta menyusun alat evaluasi yang sesuai dengan tujuan.
Pada siklus kegiatan berhitung untuk mengembangkan kemampuan berhitung yang dilakukan guru di dalam kelas pada saat pembelajaran berlangsung belum sedemikian rupa baik itu dalam penggunaan metode maupun medianya Sehingga kegiatan pengembangan kegiatan berhitung belum mendapatkan hasil yang baik, masih ada beberapa anak yang belum bisa  berhitung dan menyebabkan anak belum mampu berhitung tambah kurang.
       Dari hasil pengamatan yang dilakukan penulis pada penelitian maka    diperoleh data sebagai berikut :
Refleksi : Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa :
26 % berkembang sangat baik
33 % berkembang sesuai harapan
40 % Sudah mulai berkembang





23

B.  Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran.
Berdasarkan hasil analisa, Hasil kegiatan penggunaan dadu dalam pembelajaran  yang dilakukan oleh anak berjalan dengan lancar walaupun masih banyak anak-anak yang belum mampu berhitung. Guru melaksanakan pengajaran dengan menggunakan teknik dan media sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Pada kegiatan awal pembelajaran guru melakukan kegiatan bernyanyi, dan menjelaskan benda-benda atau media yang dipergunakan untuk kegiatan berhitung.

Komponen Siklus I
Tabel 2
No.
Nilai
Menyebut angka sesuai jumlah mata dadu
Mengumpul jumlah amplop sesuai mata dadu
Mengumpul jumlah amplop sesuai mata dadu 2x putaran
Penambahan menggunakan dadu
Pengurangan menggunakan dadu
1
-
-
-
-
-
2
3
3
4
4
6
3
8
8
6
7
4
4
4
4
5
4
5
Jumlah Anak
15
15
15
15
15

Keterangan :
                        : BB (Belum berkembang)
                        : MB (Mulai berkembang)
                        : BSH (Berkembang sesuai harapan)
                        : BSB (Berkembang sangat baik)


24

Lembar Penilaian Hasil Kerja Anak – siklus I
Tabel 3

NILAI
FREKUENSI
PRESENTASE
KETERANGAN
-
-

6
40 %
6 Orang anak Mulai berkembang
5
33 %
5 Orang anak berkembang sesuai harapan
4
26 %
4 Orang anak berkembang sangat baik
JUMLAH
15
100 %



Gambar 2 : Diagram rekapitulasi Prestasi Siklus I
25
     Dari diagram tersebut dapat diketahui  bahwa pada siklus I kemampuan anak terbilang sudah mulai berkembang 40 % , baru 33 %  berkembang sesuai harapan dan hanya 26 % anak berkembang sangat baik.

II.Siklus 2

A.  Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran.
Siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 16 april sampai 3 Mei 2018. Siklus kedua ini, perencanaan kegiatan pada Rencana Kegiatan Harian dilaksanakan pada kegiatan pembuka, yaitu : Sebelum melakukan kegiatan pada siklus II, peneliti menerangkan secara jelas setiap langkah-langkah kegiatan, menunjukkan teknik yang digunakan dalam menjumlahkan dan mengurangkan menggunakan dadu kepada anak kemudian di beri contoh oleh peneliti semua kegiatan yang akan dilakukan anak dengan media / benda yang lebih menarik perhatian anak.
     Dari hasil pengamatan yang dilakukan penulis pada penelitian maka diperoleh data sebagai berikut :
Refleksi : Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa :
40 % berkembang sangat baik
46 % berkembang sesuai harapan
13 % Sudah mulai berkembang

B.  Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran.
            Pada siklus kedua ini, penelitian perencanaan telah dipersiapkan sesuai dengan yang dibutuhkan. Kegiatan yang dilakukan anak sesuai dengan pengembangan kemampuan berhitung anak .
            Pada siklus kedua ini, tim penyaring data lebih mudah dalam menyimpulkan data keberhasilan anak karena pada umumnya anak sudah mampu melaksanakan kegiatan yang meningkatkan kemampuan berhitung anak.



26

Komponen Siklus II
Tabel 4
No.
Nilai
Menyebut angka sesuai mata dadu
Mengumpul jumlah amplop sesuai mata dadu
Mengumpulkan jumlah amplop sesuai mata dadu bentuk kelompok
Penambahan menggunakan dadu
Pengurangan menggunakan dadu
1
-
-
-
-
-
2
4
3
2
2
3
3
5
6
7
7
6
4
6
6
6
6
6
Jumlah Anak
15
15
15
15
15
Keterangan :
                        : BB (Belum berkembang)
                        : MB (Mulai berkembang)
                        : BSH (Berkembang sesuai harapan)
                        : BSB (Berkembang sangat baik)

Lembar Penilaian Hasil Kerja Anak – siklus II

Tabel 5

NILAI
FREKUENSI
PRESENTASE
KETERANGAN
-
-

2
13 %
2 Orang anak Mulai berkembang
7
46 %
7 Orang anak berkembang sesuai harapan
6
40 %
6 Orang anak berkembang sangat baik
JUMLAH
15
100 %


27
Gambar 3 : Diagram rekapitulasi Prestasi Siklus II

Dari diagram tersebut dapat diketahui  bahwa pada siklus II kemampuan berhitung 13 % mulai berkembang, 46 % berkembang sesuai harapan, 40 % berkembang sangat baik.















28
                Maka Kesimpulan dari hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan mulai dari siklus I sampai siklus II Yaitu :

Gambar 4 : Rekapitulasi hasil perbaikan pembelajaran Siklus I dan Siklus II
Dari diagram diatas terlihat jelas peningkatan kemampuan berhitung melalui dadu yang cukup tinggi dari siklus I ke siklus II yaitu siswa mulai berkembang meningkat 27 %,kemampuan berhitung sesuai harapan meningkat sampai 13 % dan 20 % meningkat sangat baik.
Berdasarkan hasil kemampuan anak yang telah mencapai 75 % , maka peneliti bersama observasi sepakat bahwa penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan untuk kelompok B RA. An –Nauli Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah berhenti pada siklus II.


29
BAB V
SIMPULAN SARAN DAN TINDAK LANJUT

A.    Kesimpulan
a)      Menggunakan dadu pada pembelajaran di dalam kelas ternyata dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan kemampuan berhitung pada anak usia dini. Hal ini terbukti dari rekapitulasi penilaian kemampuan anak dalam berhitung menggunakan dadu. Dari siklus 1 dan siklus 2 anak mampu dan paham berhitung benda dan berhitung tambah kurang mencapai 11 orang anak atau 75 % dari 15 siswa.
b)      Belajar berhitung menggunakan dadu tidak memberatkan memori otak, karena diberikan secara menyenangkan maka sistem limbik otak anak akan senantiasa terbuka sehingga memudahkan anak dalam menerima materi.
c)      Dengan adanya pemahaman dalam pembelajaran pada anak ternyata dapat meningkatkan perkembangan anak khususnya perkembangan kognitif melalui berhitung.
d)     Dengan adanya kegiatan berhitung menggunakan dadu telah menerapkan prinsip belajar seraya bermain.

B.     Saran Tindak Lanjut
a)      Pembelajaran menggunakan dadu dapat menciptakan strategi dan kreativitas bagi para guru yang akan menerapkannya menjadi model pembelajaran dengan hasil memuaskan.
b)      Guru hendaknya dapat mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan tahap pembelajaran anak.
c)      Kegiatan berhitung untuk memotivasi dan meningkatkan kemampuan siswa akan berhasil jika dilakukan dengan senang,gembira dan mudah tanpa membebani anak serta menggunakan metode yang sesuai dengan perkembangan atau dunia anak.
30


Kata Kunci : Berhitung, Dadu, RA An Nauli


[2] Prinsip belajar seraya bermain