Rabu, 21 November 2012

  TAPTENG

powerpoint





















Dwonload

BAB II
PEMBAHASAN
A.Pemetaan Kompetensi Dasar
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh ,semua standar kompetensi dan kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih .
Kegiatan yang dilakukan adalah :
I.Penjabaran standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
Dalam mengembangkan Indikator perlu memperhatikan hal hal berikut :
-         Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik
-         Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
-         Dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan dapat diamati
Menganalisis Karakteristik Mata Pelajaran, Peserta Didik, dan Sekolah

Pengembangan indikator mempertimbangkan karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah karena indikator menjadi acuan dalam penilaian. Sesuai Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, karakteristik penilaian kelompok mata pelajaran adalah sebagai berikut.


3

Kelompok Mata Pelajaran
Mata Pelajaran
Aspek yang Dinilai
Agama dan Akhlak Mulia
Pendidikan Agama
Afektif dan Kognitif
Kewarganegaraan dan Kepribadian
Pendidikan Kewarganegaraan
Afektif dan Kognitif
Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Penjas Orkes
Psikomotorik, Afektif, dan Kognitif
Estetika
Seni Budaya
Afektif dan Psikomotorik
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Matematika, IPA, IPS
Bahasa, dan TIK.
Afektif, Kognitif,  dan/atau Psikomotorik sesuai karakter mata pelajaran


Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang membedakan dari mata pelajaran lainnya. Perbedaan ini menjadi pertimbangan penting dalam mengembangkan indikator. Karakteristik mata pelajaran bahasa yang terdiri dari aspek mendengar, membaca, berbicara dan menulis sangat berbeda dengan mata pelajaran matematika yang dominan pada aspek analisis logis. Guru harus melakukan kajian mendalam mengenai karakteristik mata pelajaran sebagai acuan mengembangkan indikator. Karakteristik mata pelajaran dapat dikaji pada dokumen standar isi mengenai tujuan, ruang lingkup dan SK serta KD masing-masing mata pelajaran.
Tingkat kompetensi dapat dilihat melalui kata kerja operasional yang digunakan dalam SK dan KD. Tingkat kompetensi dapat diklasifikasi dalam tiga bagian, yaitu tingkat pengetahuan, tingkat proses, dan tingkat penerapan. Kata kerja pada tingkat pengetahuan lebih rendah dari pada tingkat proses maupun penerapan. Tingkat penerapan merupakan tuntutan kompetensi paling tinggi yang diinginkan. Klasifikasi tingkat kompetensi berdasarkan kata kerja yang digunakan disajikan dalam Tabel.

4

Tabel 1. Tingkat Kompetensi Kata Kerja Operasional

No
Klasifikasi Tingkat Kompetensi
Kata Kerja Operasional yang Digunakan
1
Berhubungan dengan mencari keterangan (dealing with retrieval)

Mendeskripsikan (describe)
Menyebutkan kembali (recall)
Melengkapi  (complete)
Mendaftar (list)
Mendefinisikan (define)
Menghitung (count)
Mengidentifikasi (identify)
Menceritakan (recite)
Menamai (name)
2
Memproses (processing)

Mensintesis (synthesize)
Mengelompokkan (group)
Menjelaskan (explain)
Mengorganisasikan (organize)
Meneliti/melakukan eksperimen (experiment)
Menganalogikan (make analogies)
Mengurutkan (sequence)
Mengkategorikan (categorize)
Menganalisis (analyze)
Membandingkan (compare)
Mengklasifikasi (classify)
Menghubungkan (relate)
Membedakan (distinguish)
Mengungkapkan sebab (state causality)





Contoh Kata Kerja Operasional
Sesuai dengan Karakteristik Matapelajaran
Berhubungan dengan Prilaku Sosial

·        Menerima (accept)
·        Mengakui/menerima sesuatu (admit)
·        Menyetujui (agree)
·        Membantu (aid)
·        Membolehkan/menyediakan/memberikan (allow)
·        Menjawab (answer)


5
·        Menjawab/mengemukakan pendapat dengan alasan-alasan (argue)
·        Mengkomunikasikan (communicate)
·        Memberi pujian/mengucapkan selamat (compliment)
·        Menyumbang (contribute)
·        Bekerjasama (cooperate)
·        Berdansa (dance)
·        Menolak /menidaksetujui (disagree)
·        Mendiskusikan (discuss)
·        Memaafkan (excuse)
·        Memaafkan (forgive)
·        Menyambut/menyalami (greet)
·        Menolong/membantu (help)
·        Berinteraksi/melakukan interaksi (interact)
·        Mengundang (invite)
·        Menggabung (joint)
·        Menertawakan (laugh)

II.Menentukan Tema
a.Cara penentuan tema
Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
Cara Pertama,Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing masing mata pelajaran ,dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai.
Cara Kedua,menetapkan terlebih dahulu tema tema pengikat keterpaduan ,untuk menentukan tema tersebut ,guru dapat bekerjasama dengan pendidik ,sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
b.Prinsip Penentuan tema
Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu :
Ø             Memperhatikan lingkungan yang dekat dengan siswa
Ø             Dari yang mudah menuju yang sulit
Ø             Dari yang sederhana menuju yang komplexs
Ø             Dari yang konkret menuju ke abstrak
6
Ø             Tema yang dipilih memungkinkan terjadinya proses berpikir pada siswa
Ø             Ruang lingkup siswa disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa termasuk minat,kebutuhan dan kemampuannya.

III.Indentifikasai dan analisis Standar Kompetensi ,Kompetensi Dasar dan Indikator

Lakukan identifikasi dan analisis untuk setiap Standar Kompetensi ,Kompetensi Dasar dan Indikator yang cocok untuk tema sehingga semua standar kompetensi ,kompetensi dasar dan indikator terbagi habis.

B.Menentukan Jaringan Tema
Buatlah jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan indikatir dengan tema pemersatu .dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema,kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran .Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.
Pemetaan Keterhubungan Kompetensi Dasar dengan Tema Pemersatu.
Pada tahap ini dilakukan pemetaan keterhubungan kompetensi dasar masing-masing mata pelajaran yang akan dipadukan dengan tema pemersatu. Pemetaan tersebut dapat dibuat dalam bentuk bagan dan/atau matriks jaringan topik yang memperlihatkan kaitan antara tema pemersatu dengan kompetensi dasar dari setiap matapelajaran. Tidak hanya itu, dalam pemetaan ini akan tampak juga hubungan tema pemersatu dengan hasil belajar yang harus dicapai siswa berikut indikator pencapaiannya.

7
Coba Anda perhatikan contoh pemetaan keterhubungan kompetensi dasar dengan tema pemersatu ”BINATANG” dalam bagan dan matriks di bawah ini!Dari bagan keterhubungan di atas dapat diuraikan secara lebih lengkap dengan hasil belajar dan indikator-indikatornya sebagaimana terlihat dalam contoh matriks.


BAHASA INDONESIA                                                   Matematika
Mendeskripsikan binatang                                             Mamahami konsep urutan Bil.Cacah


PENGETAHUAN ALAM                          KERAJINAN TANGANDAN KESENIAN
                                                               Menanggapi berbagai unsurrupa: bintik, garis,
                                                                bidang,warna, dan bentuk.
Mendeskripsikan bagian-bagian
yang tampak padahewan di sekitar rumah dansekolah







8
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Dalam Pelaksanaan pembelajaran tematik perlu dilakukan beberapa hal yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar yang meliputi Penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar kedalam indikator,Menenentukan tema,prinsip penentuan tema dan identifikasi dan analisis SK ,KD dan Indikator.serta pengembangan jaringan tema.



B.Kritik dan Saran
Dalam penyusunan Makalah “Tahap persiapan Pelaksanaan “ yang dilakukan oleh kelompok ,masih jauh dari harapan kita bersama ,baik dari segi isi maupun kelengkapan .Untuk itu kami mengharapkan Kritik dan saran terhadap Dosen,Teman-teman untuk memberikan masukan yang membangun .







9
DAFTAR ISI

Kata Pengantar  ..................................................................................             i
Daftar Isi           .................................................................................                          ii
BAB IV Tahap Persiapan Pelaksanaan
Bab I.Pendahuluan
1.Latar Belakang ...............................................................................                          1
2.Rumusan masalah ..........................................................................                           1
3.Tujuan masalah ...............................................................................              1
Bab II.Pembahasan
A.Pemetaan kompetensi dasar ..........................................................                           3
I.Penjabaran standar kompetensi,kompetensi dasar dan indikator....                              3
II.Menentukan tema  .........................................................................                           6
III.Identifikasi dan Analisis SK,KD dan Indikator ...........................                              7
B.Memetapkan Jaringan tema ..........................................................                            7
Bab III.Penutup
A.Kesimpulan ..................................................................................                            9
B.Kritik dan Saran  ..........................................................................                            9
Daftar pustaka





Ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjadkan kehadirad Tuhan Yang Maha Esa ,yang telah memberikan kesempatan dan kesehatan untuk meyelesaikan penyusunan makalah “ TAHAP PERSIAPAN PELAKSANAAN “,oleh Dosen Pengampu Salmon Tambunan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk meyelesaikan tugas yang telah diberikan kepada tiap kelompok untuk penilaian .
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini,masih jauh dari kesempurnaan dan masih mengharapkan perbaikan dan penyempurnaan pada masa yang akan datang.Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini ,semoga Makalah ini bermamfaat dan menambah pengetahuan.



                                                                         Sibolga,7 Mei 2012

                                                                         ( Penulis )






i
BAB I
PENDAHULUAN

1.Latar Belakang
Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu dilakukan tahap persiapan pelaksanaan,agar proses pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan sesuai yang diharapkan bersama,baik dalam menunjang keberhasilan penyusunan  bahan ajar,keberhasilan guru ,serta keberhasilan siswa .untuk itu perlu dilakukan hal yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar,pengembangan jaringan tema.Hal ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar untuk keberhasilan pencapaian kriteria belajar ,maka diperlukan tahap persiapan pelaksanaan.

2.Rumusan masalah
- Bagaimana pemetaan kompetensi dasar
- Bagaimana cara menentukan jaringan tema

3.Tujuan masalah
> Mahasiswa mengetahui bagaimana pemetaan kompetensi dasar dalam tahap persiapan pelaksanaan
>  Mahasiswa memahami bagaimana cara menentukan jaringan tema



1

Sebagai seorang guru, kita memiliki pelbagai tanggung jawab dan tugas yang harus dilaksanakan sesuai dengan tuntutan profesi guru.Tugas utama dan terpenting yang menjadi tanggung jawab seorang guru adalah memajukan, merangsang dan membimbing pelajar dalam proses belajar. Segala usaha kearah itu harus dirancang dan dilaksanakan. Guru yang berkesan dalam menjalankan tugasnya adalah guru yang berjaya menjadikan pelajarnya bermotivasi dalam pelajaran. Oleh itu untuk keberkesanan dalam pengajaran, guru harus berusaha memahami makna motivasi belajar itu sendiri dan mengembangkan serta menggerakkan motivasi pemberlajaran pelajar itu ke tahap yang maksimum.Guru dapat memahami motivasi belajar jika sewaktu mengajar dia dapat melaksanakan langkah-langkah seperti berikut:
1. Mengenal pasti tingkat kecerdasan para pelajar.
2. Melaksanakan teknik memotivasi pelajar.
3. Merumuskan tujuan belajar dan mengaitkan tujuan itu dengan keperluan dan minat pelajar.
4. Menerapkan kemahiran bertanya kepada pelajar.
5. Melaksanakan aktiviti pengajaran dengan urutan yang sistematik.
6. Melaksanakan penilaian diagnostik.
7. Melaksanakan komunikasi interpersonal.

Memotivasi pelajar merupakan salah satu langkah awal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pengajaran dan pembelajaran. Jika guru telah berjaya membangun motivasi pelajar semasa pengajaran dan pembelajaran bermakna guru itu
6
telah berjaya mengajar. Namun pekerjaan ini tidaklah mudah. Memotivasi pelajar tidak hanya menggerakkan pelajar agar aktif dalam pelajaran, tetapi juga mengarahkan dan menjadikan pelajar terdorong untuk belajar secara terus menerus, walaupun dia berada di luar kelas ataupun setelah meninggalkan sekolah.
Para pakar Behavioristik mengemukakan bahawa motivasi ditentukan oleh persekitaran. Guru merupakan persekitaran yang sangat berperanan di dalam proses belajar. Oleh kerana itu, meningkatkan motivasi pelajar dalam pelajaran merupakan tugas yang sangat penting bagi guru.
Mengapa usaha memotivasi pelajar itu sangat penting bagi guru? Sesetengah guru mungkin beranggapan bahawa tugas mereka sebagai guru hanyalah mengajar sahaja, bukan menimbulkan minat pelajar terhadap apa yang mereka ajarkan. Guru-guru seperti ini menghabiskan masa mereka di dalam kelas semata-mata hanya untuk menuangkan bahan pelajaran kepada pelajar. Mereka tidak peduli sama ada isi pelajaran yang mereka ajarkan atau yang mereka terangkan itu dapat diterima oleh pelajar untuk dijadikan sebagai miliknya atau tidak. Mereka tidak memperhatikan apakah bahan yang mereka ajarkan itu bermanfaat dan mempengaruhi tingkah laku atau perkembangan pelajar ke arah yang positif. Guru-guru seperti ini tidak menyedari bahawa pelajar-pelajar yang tidak berminat tidak akan dapat menerima pelajaran dengan baik.
Pelajar yang tidak berminat terhadap apa yang diajarkan oleh guru tetapi dia diharuskan mempelajarinya, dapat menimbulkan suatu perasaan benci terhadap mata pelajaran itu, bahkan untuk selanjutnya pelajar itu tidak akan ingin pernah
7
mempelajarinya. Di dalam kelas yang kita ajar mungkin kita akan mendengar pelajarberkata, "Saya tidak mampu belajar Bahasa Inggeris" atau "Saya tidak dapat belajar matematik." Jika kita teliti permasalahannya, bukan kerana kedua-dua mata pelajaran tersebut sukar atau tidak menyenangkan, tetapi kerana guru kedua-dua mata pelajaran itu tidak menggunakan strategi yang berkesan, sehingga pelajar tidak tertarik untuk mempelajarinya. Pelajar tidak bermotivasi, malahan merasakan mata pelajaran tersebut menjadi menyiksa mereka.
Guru seharusnya menggunakan masa yang banyak sewaktu mengajar untuk memotivasi pelajar-pelajarnya. Pelajar yang termotivasi dengan baik dalam pelajaran akan melakukan lebih banyak aktiviti dan lebih cepat belajar jika dibandingkan dengan pelajar yang kurang atau tidak termotivasi semasa belajar. Ini memandangkan, jika guru dapat membangunkan motivasi pelajar terhadap pelajaran yang diajar maka diharapkan pelajar akan sentiasa meminati mata pelajaran tersebut.
Sesungguhnya usaha memotivasi pelajar dalam pendidikan adalah merupakan suatu proses :
(1) membimbing pelajar untuk memasuki pelbagai pengalaman yakni proses belajar sedang berlangsung;
(2) proses menimbulkan semangat dan keaktifan pada diri pelajar sehingga dia benar-benar bersedia untuk belajar; dan
(3) proses yang menyebabkan perhatian pelajar tertumpu kepada satu arah atau tujuan pada satu masa, iaitu tujuan belajar.
8
Situasi kelas yang pelajar-pelajarnya termotivasi dapat mempengaruhi sikap belajar dan tingkah laku pelajar. Pelajar yang termotivasi untuk belajar akan sangat tertarik dengan berbagai tugas belajar yang sedang mereka kerjakan; menunjukkan ketekunan yang tinggi; variasi aktiviti belajar mereka pun akan lebih banyak. Di samping keterlibatan mereka dalam belajar lebih besar, mereka juga kurang menyukai tingkah laku yang negatif yang dapat menimbulkan masalah disiplin. Oleh kerana itu, dalam upaya menjaga dan meningkatkan disiplin kelas maka motivasi pelajar mesti dipertimbangkan. Ini bermakna meningkatkan motivasi pelajar dalam belajar merupakan suatu cara yang baik dalam menghindari tingkah laku pelajar yang negatif, kerana mereka terlibat aktif dalam belajar dan terangsang untuk belajar.
Sebenarnya tujuan jangka panjang dalam membangun dan mengembangkan motivasi pelajar dalam belajar adalah terbentuknya motivasi kendiri. Kita sebagai guru ingin agar pelajar selalu terdorong untuk mengembangkan minatnya untuk belajar walau di mana pun dia berada. Kita berharap agar pelajar-pelajar kita sentiasa ingin menimba pelbagai ilmu pengetahuan walaupun mereka telah lepas dari bimbingan kita. Tujuan pendidikan yang paling utama adalah untuk membangkitkan dalam diri pelajar suatu motivasi yang kuat dan terus menerus untuk belajar. Hal ini akan menjadi suatu kecenderungan dan kebiasaan dalam melakukan proses belajar selanjutnya.
Yang menjadi persoalan sekarang ialah bagaimana caranya kita semasa melakukan pelbagai usaha untuk membangun dan mengembangkan motivasi pelajar semasa belajar? Para pakar Humanistik, misalnya Carl Rogers, seorang pakar psikologi mengemukakan bahawa pada dasarnya di dalam diri setiap manusia ada keinginan yang sangat kuat untuk belajar yang bersifat semulajadi. Jadi, di dalam diri pelajar
9
keinginan itu sudah ada. Guru hanya mengembangkan atau memupuk keinginan itu sehingga keinginan belajar itu dapat direalisasikan dalam bentuk prestasi yang maksimum. Para pakar Behavioristk pula, misalnya B.F. Skinner, seorang pakar pendidikan mengemukakan bahawa motivasi pelajar sangat ditentukan oleh persekitarannya. Pelajar akan termotivasi semasa belajar jika persekitaran belajar dapat memberikan rangsangan sehingga pelajar tertarik untuk belajar. Guru harus mengatur persekitaran atau suasana belajar secara bijaksana sehingga pelajar termotivasi untuk belajar.
Dalam proses mengajar dan belajar, guru dituntut memiliki pelbagai pengetahuan dan pemahaman yang bermanfaat untuk menimbulkan dan meningkatkan motivasi pelajarnya semasa belajar, sehingga proses belajar yang dibimbingnya berjaya secara optimal. Oleh kerana itu, guru perlu memahami dan menghayati serta menerapkan pelbagai prinsip dan teknik-teknik untuk membangkitkan dan meningkatkan motivasi pelajar dalam pembelajaran. Memang banyak sekali prinsip dan teknik yang berbeza-beza yang perlu diketahui oleh guru, kerana di dalam usaha memotivasi pelajar sesungguhnya tidak hanya satu prinsip dan teknik yang paling mujarab dipakai untuk semua pelajar, sepanjang masa, dan untuk semua situasi. Berbeza mata pelajaran, berbeza keperibadian pelajar, dan berbeza keperibadian guru menuntut perbezaan prinsip dan teknik yang dipakai dalam memotivasi pelajar. Oleh kerana itu, perbezaan mata pelajaran, keperibadian pelajar dan keperibadian guru harus dipertimbangkan dalam memilih prinsip-prinsip dan teknik-teknik yang akan dipakai dalam memotivasi pelajar.Di dalam kelas yang pelajar-pelajarnya terdiri dari kelompok yang memiliki kemampuan yang sama namun berbeza keperibadian dan minat, variasi prinsip-
10
Prinsip dan teknik-teknik yang dipakai akan lebih banyak. Di dalam kelas mungkinkita akan menemui beberapa orang pelajar yang mampu memotivasi dirinya sendiri. Pelajar-pelajar seperti ini tidak banyak memerlukan pertolongan dari guru untuk merangsang minat mereka dalam belajar, kerana mereka mampu mendorong diri mereka sendiri. Kebanyakan pelajar akan mempunyai motivasi belajar jika kita menggunakan berbagai teknik untuk memotivasi mereka, namun ada pula sejumlah pelajar yang baru akan termotivasi jika kita melakukan usaha-usaha khusus bagi mereka. Oleh kerana itu kita sebagai guru hendaklah fleksibel dalam memakai berbagai pendekatan dalam merangsang minat pelajar dalam belajar, serta mampu menerapkan berbagai prinsip dan teknik yang berbeza sesuai dengan keperluan masing-masing pelajar .

Motivasi merupakan jantung-nya proses belajar. Oleh kerana motivasi begitu penting dalam proses pembelajaran, maka tugas guru yang pertama dan terpenting adalah membangkitkan atau membangun motivasi pelajar terhadap apa yang akan dipelajari oleh pelajar. Motivasi bukan sahaja menggerakkan tingkah laku, tetapi juga mengarahkan dan memperkuat tingkah laku. Pelajar yang bermotivasi dalam pembelajaran akan menunjukkan minat, semangat dan ketekunan yang tinggi dalam pelajaran, tanpa banyak bergantung kepada guru.
Menurut para pakar motivasi terdapat dua jenis motivasi yang umum, iaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan oleh faktor pendorong yang murni berasal dari dalam diri individu, dan
11
tujuan tindakan itu terlibat di dalam tindakan itu sendiri, bukan di luar tindakan tersebut. Berbeza dengan motivasi ekstrinsik, iaitu keinginan bertingkah laku sebagai akibat dari adanya rangsangan dari luar atau kerana adanya kekuasaan dari luar. Tujuan bertingkah laku pun tidak terlibat dalam tingkah laku itu sendiri, tetapi berada di luar tindakan tersebut.
Di dalam proses belajar, motivasi intrinsik lebih berkesan mendorong pelajar dalam belajar. Namun bukan bermakna bahawa motivasi ekstrinsik perlu dihindari sama sekali. Motivasi ekstrinsik dapat memancing timbulnya motivasi intrinsik. Banyak pelajar yang termotivasi secara ekstrinsik dapat berjaya dengan baik dalam belajar, seperti halnya dengan pelajar-pelajar yang termotivasi secara intrinsik, asalkan guru dapat membantu mereka dengan cara yang tepat sesuai dengan keperluan mereka. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam membangkitkan motivasi pelajar dalam belajar melalui pengembangan motivasi ekstrinsik, seperti memberikan penghargaan atau celaan, membangun persaingan, memberikan hadiah atau hukuman, dan memberi tahu kemajuan yang dicapai oleh pelajar. Masing-masing cara mempunyai kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahannya sendiri. Guru harus menentukan cara yang paling tepat sehingga berbagai kelemahan dapat dikurangi atau dihindarkan sama sekali, dan sebaliknya kekuatan-kekuatan yang ada dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya.




12
G. TEORI-TEORI TENTANG MOTIVASI
Menurut teori Keperluan, manusia termotivasi untuk bertingkah laku adalah kerana ingin memenuhi bermacam-macam keperluan seperti berikut:
1.      Keperluan fizikal,
 Yaitu meliputi keperluan makan, minum, seks atau kenikmatan dan keselamatan fizikal lainnya. Oleh kerana itu sekolah hendaknya menyediakan persekitaran yang menimbulkan kenikmatan, keamanan secara fizikal bagi para pelajar, sehingga mereka merasa senang dan nyaman dalam belajar.
2.      Keperluan emosional,
 Yaitu meliputi keperluan untuk mencapai prestasi dan harga diri. Ini dijadikan dorongan yang memotivasi dalam belajar dengan cara melibatkan pelajar dalam menentukan tujuan dan aktiviti untuk mencapai tujuan belajar. Aktiviti belajar hendaklah benar-benar bermanfaat bagi pelajar. Tugas-tugas belajar hendaklah cukup mencabar pelajar untuk berusaha secara maksimum, tidak terlalu mudah dan tidak pula terlalu sukar. Urutan-urutan aktiviti belajar hendaklah diatur sedemikian rupa sehingga pelajar benar-benar dapat berhasil dalam belajar, sekalipun dia adalah pelajar yang lembab. Dalam hal ini guru memperlakukan pelajar dengan penuh manusiawi dan menhormati serta menghargai mereka.
3.      Keperluan kognitif,
Yaitu meliputi keperluan untuk berhasil menciptakan atau memecahkan suatu suasana konflik atau hal-hal yang saling bertentangan dan keperluan untuk mendapatkan
13
rangsangan. Untuk itu guru perlu memberi tahu pelajar tentang tujuan pelajaran sehingga mereka mengetahui keberhasilan yang bagaimana yang diharapkan untuk mereka capai. Berbagai macam cara penyajian dapat dilaksanakan, seperti melalui teka-teki, pertanyaan yang mengundang perdebatan atau berbagai pendapat untuk menjawabnya, memunculkan pandangan-pandangan yang berlawanan atau berbeza atau aneh sehingga pelajar-pelajar terangsang untuk berfikir dan membahasnya. Menyediakan rangsangan dengan memberikan maklumat baru dan berkualiti melalui ceramah, demonstrasi dan perbincangan.
Abraham Maslow, seorang pakar motivasi terkenal dan pencipta teori keperluan mengemukakan suatu hubungan hirarki di antara pelbagai keperluan. Menurutnya jika keperluan pertama terpuaskan atau terpenuhi, maka keperluan kedua dirasakan oleh individu sangat penting untuk dipuaskan. Demikian seterusnya sampai keperluan yang paling tinggi, iaitu keperluan aktualisasi diri.
Para pakar Humanistik menitik-beratkan pentingnya motivasi dari dalam diri sendiri (self-motivation). Mereka menganjurkan agar guru-guru mendorong berkembangnya rasa ingin tahu dan minat semulajadi pelajar dalam belajar. Para pakar Behavioristik pula menekankan pentingnya persekitaran dalam menciptakan kondisi yang memotivasi pelajar. Mereka menganjurkan agar guru mengaitkan belajar dengan rangsangan yang menimbulkan perasaan senang dan membentuk tingkah laku pelajar melalui pemberian hadiah atau berbagai penguatan lainnya.



14
H. MOTIVASI DI DALAM KELAS

Dengan memahami teori-teori yang termasyhur tentang motivasi, maka guru dapat mengembangkan delapan (8) jenis motivasi di dalam kelas, iaitu:
(1) motivasi tugas;
(2) motivasi aspirasi;
(3) motivasi persaingan;
(4) motivasi afiliasi;
(5) motivasi kecemasan;
(6) motivasi menghindar;
(7) motivasi penguatan; dan
(8) motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri.

1.Motivasi tugas adalah motivasi yang ditimbulkan oleh tugas-tugas yang ditetapkan sama ada oleh guru, murid sendiri, mahupun yang dirancangkan oleh guru dan murid secara bersama-sama. Pelajar yang memiliki motivasi tugas memperlihatkan keterlibatan dan ketekunan yang tinggi dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar. Motivasi tugas hendaklah dibangun di dalam diri pelajar dan ini dapat dilakukan oleh guru kalau dia mengetahui cara-caranya.
2.Motivasi aspirasi yang tinggi tumbuh dengan subur kalau pelajar memiliki perasaan sukses. Perasaan gagal dapat menghancurkan aspirasi pelajar dalam belajar. Oleh kerana itu guru jangan menjadikan pelajar selalu gagal, walaupun ini bukan bermakna guru harus menjadikan pelajar sukses terus menerus. Suatu konsep yang harus
15
ditanam oleh guru kepada pelajar agar ia memiliki aspirasi yang tinggi adalah bahawa kesuksesan atau kegagalan ditentukan oleh 'usaha', bukan oleh kemampuan atau kecerdasan.
3.Motivasi Persaingan yang sehat dapat menjadi motivasi yang kuat dalam belajar. Namun memupuk rasa persaingan yang berlebih-lebihan, di kalangan pelajar dalam belajar dapat menimbulkan persaingan yang tidak sihat, kerana pelajar bukan menjadi giat belajar, tetapi dengan berbagai cara berusaha mengalahkan pelajar lain untuk mendapatkan status. Membangun persaingan dengan diri sendiri pada setiap pelajar akan menimbulkan motivasi persaingan yang sihat dan berkesan dalam belajar.
4.Motivasi afiliasi adalah dorongan untuk melaksanakan kegiatan belajar dengan sebaik-baiknya, kerana ingin diterima dan diakui oleh orang lain. Pelajar-pelajar yang masih kecil berusaha meningkatkan usaha dan prestasi dalam belajar agar dia dapat diterima dan diakui oleh orang dewasa, iaitu guru dan ibu bapanya. Namun para remaja lebih terdorong belajar untuk mendapatkan penerimaan dan perakuan dari rakan sebaya. Oleh kerana itu, guru-guru yang mengajar pelajar-pelajar yang masih kecil hendaknya memberikan perhatian dan penghargaan yang penuh terhadap peningkatan usaha dan hasil belajar yang ditampilkan oleh pelajar. Bagi pelajar remaja, guru hendaknya dapat memanfaatkan kelompok untuk meningkatkan usaha dan prestasi belajar ahli kelompok.
5.Kecemasan dapat mendorong usaha dan hasil belajar. Tetapi kecemasan yang berlebihan dapat menurunkan keghairahan dan hasil belajar. Pelajar yang telah memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar jika mengalami kecemasan dapat
16
menurunkan motivasinya itu. Demikian juga dengan pelajar-pelajar yang memiliki kecerdasan (IQ) rendah kalau mengalami kecemasan menyebabkan usaha dan hasil belajar mereka menjadi bertambah merosot. Tetapi kecemasan sangat berkesan untuk meningkatkan usaha dan hasil belajar pelajar yang bermotivasi rendah dan yang memiliki kecerdasan tinggi.
6.Motivasi penguatan dapat ditimbulkan melalui diagram kemajuan belajar murid, memberikan komentar pada setiap kertas tugas, ujian dan peperiksaan pelajar dan memberikan penghargaan. Guru hendaklah menjauhi pemahaman bahawa pemberian angka sebagai sumber utama untuk menimbulkan motivasi penguatan, kerana menitik-beratkan pemberian angka dalam memotivasi pelajar dapat menimbulkan persaingan yang tidak sihat dan akan menimbulkan kecemasan di dalam kelas.
7.Motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri sangat berkesan dalam meningkatkan motivasi pelajar dalam belajar. Pelajar-pelajar ini menunjukkan tingkah laku yang mandiri dalam belajar dan mempunyai sistem nilai yang baik yang melatar-belakangi tingkah laku mereka itu. Pembentukan sistem nilai-nilai yang menjadi tanggung jawab guru pada setiap pelajar, sehingga pelajar-pelajar memiliki motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri adalah sangat penting. Bagi pelajar-pelajar yang telah memiliki motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri, guru hanya perlu memberikan pelayanan yang sesuai dengan tuntutan aktiviti belajar mereka.
I. MOTIVASI DAN ASPEK-ASPEK PENGAJARAN
Aspek-aspek yang terlibat dalam pengajaran yang meliputi sikap guru, kaedah pengajaran, bahan pelajaran, media pengajaran dan penilaian hasil pengajaran sangat
17
mempengaruhi minat dan keghairahan pelajar dalam belajar.Sikap atau tingkah laku guru dijadikan model oleh pelajar-pelajarnya. Pelajar-pelajar meniru sikap atau tingkah laku guru, sama ada yang pantas mahupun yang buruk. Gaya guru dalam memimpin kelas juga mempengaruhi suasana kelas dan kegiatan pelajar dalam belajar. Guru yang memberi semangat kepada pelajar dengan menekankan bahawa semua pelajar dapat berhasil dalam belajar, asal berusaha keras, rajin, tekun dan tidak mengenal putus asa, akan menimbulkan semangat pelajar untuk belajar. Mereka tidak takut untuk salah dalam belajar, kerana mereka yakin jika salah, mereka boleh berusaha lagi untuk memperoleh yang benar. Guru seperti ini mengembangkan standard (tingkat kualiti) kesuksesan yang disebut "Multidimensional Classroom". Berbeza dengan gaya guru yang mengembangkan standar kesuksesan "Unidimensional Classroom", yang menekankan bahawa kesuksesan hanya dapat diraih oleh pelajar yang mempunyai potensi inteligensi tinggi atau pelajar yang cerdas. Pelajar-pelajar yang dianggap guru kurang berpotensi inteligensi tinggi atau kurang cerdas, tidak bersemangat untuk belajar dan merasa diri mereka tidak mampu untuk menyelesaikan tugas-tugas belajar. Gaya guru dalam memimpin kelas seperti ini buruk pengaruhnya terhadap suasana kelas dan motivasi pelajar.
Tingkah laku pelajar dalam belajar dapat pula mempengaruhi keberkesanan pengajaran. Kalau tingkah laku pelajar positif maka guru-guru cenderung menampilkan pengajaran yang berkesan, dan jika tingkah laku pelajar negatif maka guru-guru cenderung untuk menampilkan pengajaran yang kurang berkesan. Ada di antara guru-guru yang memberikan pelayanan yang tidak sama terhadap pelajar-pelajar yang berbeza status sosial-ekonomi, berbeza jenis kelamin, berbeda
18
kebudayaan dan berbeza prestasi belajarnya. Tentu sahaja cara ini tidak sesuai dengan idea pendidikan yang sebenarnya.
Kaedah mengajar yang dapat mengghairahkan dan meraih minat pelajar untuk belajar adalah memungkinkan pelajar terlibat secara aktif dalam belajar. Berbagai model mengajar yang dikembangkan oleh Bruce Joyce dan Marsha, memungkinkan keterlibatan pelajar yang maksimum dalam belajar. Model-model kaedah mengajar ini menuntut keaktifan pelajar sesuai dengan taraf perkembangan masing-masing pelajar. Pada taraf perkembangan pelajar yang tertinggi diharapkan pelajar-pelajar dapat belajar mandiri; melakukan kegiatan belajar tanpa tergantung banyak terhadap guru.Bahan pengajaran sangat penting peranannya dalam meningkatkan motivasi pelajar dalam proses pembelajaran. Guru harus mengenal faktor-faktor yang harus dikembangkan dalam memilih bahan pelajaran. Di samping itu guru juga harus mahir dalam mengelola bahan pengajaran sehingga menarik dan memudahkan pelajar untuk memahami bahan pengajaran tersebut.
Media pengajaran dapat berfungsi untuk mendorong murid belajar dengan minat dan keghairahan yang tinggi apabila media pengajaran itu dipilih dengan mempertimbangkan ciri-ciri pelajar, tujuan pengajaran, jenis bahan pengajaran itu sendiri dan bentuk penilaian pengajaran yang akan dilaksanakan. Untuk memilih media pengajaran yang baik maka guru perlu mengetahui langkah-langkah yang harus ditempuhnya.
Aspek pengajaran lainnya yang dapat mempengaruhi motivasi pelajar dalam belajar adalah pelaksanaan penilaian pengajaran. Penilaian pengajaran yang dapat
19

meningkatkan aktiviti murid dalam belajar, adalah penilaian yang dapat memberitahu pelajar tentang kelemahan dan kekuatannya dalam belajar dan penilaian itu dirasakan oleh pelajar sebagai penggambaran yang benar tentang taraf penguasaannya dalam belajar. Penilaian hendaknya diikuti dengan tindak lanjut dari guru, iaitu membantu pelajar untuk meningkatkan taraf penguasaan belajar yang sempurna, sehingga pelajar dapat berprestasi lebih tinggi.
J. MOTIVASI DAN PERSEKITARAN 
Persekitaran sekolah mahupun persekitaran rumah penting peranannya dalam meningkatkan motivasi pelajar dalam belajar. Guru mahupun ibu bapa hendaknya dapat menciptakan persekitaran sekolah dan persekitaran rumah yang memungkinkan keghairahan dan minat murid belajar menjadi meningkat. Persekitaran fizikal sekolah, sama ada yang menyangkut pengaturan ruangan kelas mahupun pengaturan jumlah pelajar dalam satu kelas, hendaknya mempertimbangkan persyaratan fizikal mahupun psikologikal yang menunjang keberkesanan pelajar dalam belajar.
Situasi sosial dalam kelas hendaknya dapat menjamin perasaan aman dan tingginya kerjasama dikalangan pelajar dalam mencapai tujuan akademik.
Ibu bapa dapat menciptakan situasi fizikal mahupun psikologikal yang menyokong minat dan keghairahan anaknya dalam belajar. Penyediaan kesempatan yang diperlukan anak dalam belajar di rumah mahupun di luar sangat menunjang kesuksesan anak dalam belajar. Membina hubungan akrab dengan anak dan
20
memberikan perhatian yang tinggi penting dan patut dilakukan oleh ibu bapa, kalau mahu anaknya berjaya dalam belajar.
K. TEKNIK-TEKNIK MEMOTIVASI MURID DALAM BELAJAR
Banyak teknik yang dapat dipergunakan guru untuk meningkatkan motivasi murid dalam belajar. Guru hendaknya selalu ingat betapa pentingnya memberikan alasan-alasan kepada pelajar mengapa mereka harus belajar dengan sungguh-sungguh dan berusaha untuk berprestasi sebaik-baiknya. Guru juga perlu menjelaskan kepada pelajar-pelajar apa yang diharapkan dari mereka selama dan sesudah proses belajar berlangsung. Lebih jauh, guru perlu mengusahakan agar pelajar-pelajar mengetahui tujuan jangka pendek dari pelajaran yang sedang diikutinya. Ingatlah bahawa ada cara-cara yang berkesan dan ada pula cara-cara yang tidak berkesan dalam memberikan penghargaan untuk meningkatkan kegiatan belajar, sikap terhadap belajar dan sikap terhadap diri sendiri murid, tetapi jangan lupa bahawa untuk pelajar-pelajar tertentu mungkin dapat merosak motivasi belajar mereka. Oleh kerana itu, anda sebagai guru harus berhati-hati dalam melaksanakan ujian dan memberikan angka atau markah kepada pelajar.




21
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pegertian Motivasi Belajar

            Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu tersebut bertindak. Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhan. Jika seorang siswa tidak melakukan yang seharusnya seperti yang dilakukan oleh temannya, perlu diselidiki apa penyebabnya. Penyebab dapat bermacam-macam dan antara siswa yang satu dengan yang lain bisa berbeda. Ada kemungkinan siswa tidak mampu, malas, lapar, sakit, malu, benci, sibuk mengerjakan tugas yang lain. Melalui motivasi diharapkan siswa memiliki usaha untuk membangun kondisi, sehingga mereka memiliki keinginan dan minat serta bersedia melakukan sesuatu.
Berbagai pakar mengetengahkan pandangannya tentang motivasi. Teori motivasi yang sangat fundamental dan monamental, juga telah banyak dikenal orang dan digunakan dalam berbagai kegiatan adalah teori motivasi dari Abraham Maslow. Maslow, sebagai tokoh motivasi aliran humanisme, menyatakan bahwa kebutuhan manusia secara hierarki  semuanya laten dalam diri manusia. Martin Handoko (2002:9) mengartikan motivasi itu sebagai suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah laku.


3
Bell Gredler (1986:1) mendefenisikan belajar sebagai proses memperoleh berbagai kemampuan, keterampilan dan sikap. Sedangkan menurut Winkel (1996:21) belajar berarti perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan, misalnya membaca, mengamati, mendengarkan, meniru.

B.FUNGSI MOTIVASI

Sudirman A.M (2001: 84) mengemukan beberapa fungsi motivasi dalam proses pembelajaran :
·        Sebagai penggerak
·        Menentukan arah perbuatan, yakni kearah mana tujuan akan dicapai
·        Memiliki strategi untuk mencapai sukses
·        Membuat siswa berani berpartisipasi
·        Membangkitkan hasrat ingin tahu pada siswa
·        Menyempurnakan perhatian siswa
Motivasi yang menyebabkan siswa melakukan kegiatan belajra dapat timbul dari dalam diri sendiri maupun luar diri. Sehubungan dengan hal itu Sumadi Suryabrata (1988: 9) membedakan motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik yaitu motivasi yang timbul dalam diri seseorang tanpa rangsangan maupun bantuan orang lain, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul oleh rangsangan dari luar diri seseorang.

C.Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
·        Intelektual
Ini merupakan salah satu faktor yang penting yang ikut menentukan tingkat motivasi seseorang dalam usaha memiliki pengetahuan serta mempelajari sesuatu.
4


·        Kebutuhan belajar
Perhatian siswa akan bangkit karena adanya dorongan ingin tahu, hal itu dapat dirangsang melalui cara baru, unik atau cara yang sudah ada, sumber belajar yang tersedia, lingkungan belajar.
·        Minat
Strategi untuk merangsang minat siswa dapat dilakukan dengan cara :
·        Menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi
·        Menggunakan media untuk melengkapi bahan kajian
·        Menggunakan teknik bertanya
·        Sifat pribadi
Faktor ini mencakup hal-hal seperti taraf intelegensi, daya motivasi belajar, perasaan dalam belajar, kondisi mental dan fisik, cita-cita dimasa depan.

D.Faktor yang meningkatkan motivasi belajar
Semakin sering guru menggunakan media dalam PBM maka diperkirakan siswa akan termotivasi dalam belajar. Faktor yang meningkatkan motivasi belajar :
·        Pengetahuan
·        Media yang digunakan
·        Fasilitas
·        Lingkungan
·        Sumber belajar
·        Suasana belajar
·        Penghargaan
·        Cita-cita mada depan





5
BAB III
PENUTUP


1.KESIMPULAN

Melalui model pemberian motivasi belajar dapat meningkatkan disiplin kelas,sehingga guru maupun peserta didik semakin tertangtang untuk lebih meningkatkan motivasi belajar sehingga tanpa tidak disadari bahwa peserta didik telah meningkatkan disiplin kelas.
Guru yang memberi semangat kepada pelajar dengan menekankan bahawa semua pelajar dapat berhasil dalam belajar, asal berusaha keras, rajin, tekun dan tidak mengenal putus asa, akan menimbulkan semangat pelajar untuk belajar.
Tugas guru yang pertama dan terpenting adalah membangkitkan atau membangun motivasi pelajar terhadap apa yang akan dipelajari oleh pelajar. Motivasi bukan sahaja menggerakkan tingkah laku, tetapi juga mengarahkan dan memperkuat tingkah laku. Pelajar yang bermotivasi dalam pembelajaran akan menunjukkan minat, semangat dan ketekunan yang tinggi dalam pelajaran, tanpa banyak bergantung kepada guru.

2.Kritik dan Saran

Dalam penyusunan Makalah “UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN KELAS“ yang disusun  oleh penyaji  ,karena penyaji lebih menekankan atau membahas mengenai Motivasi belajar .Penyusunan Makalah ini masih jauh dari harapan kita bersama ,baik dari segi isi maupun kelengkapan .Untuk itu Penyaji  mengharapkan Kritik dan saran terhadap Dosen,Teman-teman untuk memberikan masukan yang membangun .
22
BAB I
PENGAHULUAN

I.Latar belakang

Dalam proses belajar mengajar, pembelajaran mengandung arti suatu kegiatan yang dilaksanakan guru dan siswa secara bersama-sama. Inti dari pembelajaran tersebut adalah terjadi proses memberi dan menerima.
Berdasarkan hasil pengamatan guru dalam proses belajar mengajar,siswa sebab dianggap sulit pembelajaran apabila seorang guru tidak memberikan motivasi dalam proses pembelajaran.
        Salah satu indikator rendahnya hasil belajar pada kegiatan belajar pada mata pelajaran tersebut belum maksimal. Pada umumnya model pemberian motivasi  yang digunakan dalam proses belajar mengajar masih didominasi oleh media konkrit dan abstrak.
          Untuk mengatasi hal tersebut, maka guru perlu meningkatkan disiplin kelas melalui model pemberian motivasi.

II.Rumusan masalah
Dari latar belakang tersebut adapun rumusan masalah dalam permasalahan ini adalah bagaimana cara meningkatkan disiplin kelas melalui model pemberian motivasi.

III.Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah tersebut adapun tujuan dari permasalahan dalam penyusunan makalah ini adalah guru dapat meningkatkan disiplin kelas melalui model pemberian motivasi .
1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjadkan kehadirad Tuhan Yang Maha Esa ,yang telah memberikan kesempatan dan kesehatan untuk meyelesaikan penyusunan makalah “ Cara Meningkatkan Disiplin Kelas Melalui Model Pemberian Motivasi “,oleh Dosen Pengampu Wenglin Rajagukguk.
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk meyelesaikan tugas yang telah diberikan kepada Mahasiswa secara individu  untuk penilaian .
Penyaji  menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini,masih jauh dari kesempurnaan dan masih mengharapkan perbaikan dan penyempurnaan pada masa yang akan datang.Penyaji  mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini ,semoga Makalah ini bermamfaat dan menambah pengetahuan.



                                                                         Sibolga,27 juni 2012

                                                                         ( Penulis )





i