BAB II
PEMBAHASAN
A.Pemetaan Kompetensi Dasar
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh
gambaran secara menyeluruh dan utuh ,semua standar kompetensi dan kompetensi
dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang
dipilih .
Kegiatan yang dilakukan adalah :
I.Penjabaran standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator
Indikator
merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang
dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator
dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan
pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang
terukur dan/atau dapat diobservasi.
Dalam mengembangkan Indikator perlu
memperhatikan hal hal berikut :
-
Indikator
dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik
-
Indikator
dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
-
Dirumuskan
dalam kata kerja operasional yang terukur dan dapat diamati
Menganalisis Karakteristik Mata Pelajaran,
Peserta Didik, dan Sekolah
Pengembangan
indikator mempertimbangkan karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan
sekolah karena indikator menjadi acuan dalam penilaian. Sesuai Peraturan
Pemerintah nomor 19 tahun 2005, karakteristik penilaian kelompok mata pelajaran
adalah sebagai berikut.
3
Kelompok Mata
Pelajaran
|
Mata Pelajaran
|
Aspek yang
Dinilai
|
Agama dan Akhlak Mulia
|
Pendidikan Agama
|
Afektif dan Kognitif
|
Kewarganegaraan dan Kepribadian
|
Pendidikan Kewarganegaraan
|
Afektif dan Kognitif
|
Jasmani Olahraga dan Kesehatan
|
Penjas Orkes
|
Psikomotorik, Afektif, dan Kognitif
|
Estetika
|
Seni Budaya
|
Afektif dan Psikomotorik
|
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
|
Matematika, IPA, IPS
Bahasa, dan TIK.
|
Afektif, Kognitif,
dan/atau Psikomotorik sesuai karakter mata pelajaran
|
Setiap mata
pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang membedakan dari mata pelajaran
lainnya. Perbedaan ini menjadi pertimbangan penting dalam mengembangkan
indikator. Karakteristik mata pelajaran bahasa yang terdiri dari aspek
mendengar, membaca, berbicara dan menulis sangat berbeda dengan mata pelajaran
matematika yang dominan pada aspek analisis logis. Guru harus melakukan kajian
mendalam mengenai karakteristik mata pelajaran sebagai acuan mengembangkan
indikator. Karakteristik mata pelajaran dapat dikaji pada dokumen standar isi
mengenai tujuan, ruang lingkup dan SK serta KD masing-masing mata pelajaran.
Tingkat
kompetensi dapat dilihat melalui kata kerja operasional yang digunakan dalam SK
dan KD. Tingkat kompetensi dapat diklasifikasi dalam tiga bagian, yaitu tingkat
pengetahuan, tingkat proses, dan tingkat penerapan. Kata kerja pada tingkat
pengetahuan lebih rendah dari pada tingkat proses maupun penerapan. Tingkat
penerapan merupakan tuntutan kompetensi paling tinggi yang diinginkan.
Klasifikasi tingkat kompetensi berdasarkan kata kerja yang digunakan disajikan
dalam Tabel.
4
Tabel 1. Tingkat Kompetensi Kata Kerja Operasional
No
|
Klasifikasi
Tingkat Kompetensi
|
Kata Kerja Operasional yang Digunakan
|
1
|
Berhubungan dengan mencari keterangan (dealing
with retrieval)
|
Mendeskripsikan (describe)
Menyebutkan
kembali (recall)
Melengkapi (complete)
Mendaftar (list)
Mendefinisikan (define)
Menghitung (count)
Mengidentifikasi (identify)
Menceritakan (recite)
Menamai (name)
|
2
|
Memproses (processing)
|
Mensintesis (synthesize)
Mengelompokkan
(group)
Menjelaskan (explain)
Mengorganisasikan
(organize)
Meneliti/melakukan eksperimen (experiment)
Menganalogikan
(make analogies)
Mengurutkan (sequence)
Mengkategorikan
(categorize)
Menganalisis
(analyze)
Membandingkan
(compare)
Mengklasifikasi
(classify)
Menghubungkan
(relate)
Membedakan (distinguish)
Mengungkapkan sebab (state
causality)
|
Contoh Kata Kerja Operasional
Sesuai dengan Karakteristik Matapelajaran
Berhubungan
dengan Prilaku Sosial
·
Menerima (accept)
·
Mengakui/menerima
sesuatu (admit)
·
Menyetujui
(agree)
·
Membantu (aid)
·
Membolehkan/menyediakan/memberikan
(allow)
·
Menjawab (answer)
5
·
Menjawab/mengemukakan
pendapat dengan alasan-alasan (argue)
·
Mengkomunikasikan
(communicate)
·
Memberi
pujian/mengucapkan selamat (compliment)
·
Menyumbang
(contribute)
·
Bekerjasama
(cooperate)
·
Berdansa (dance)
·
Menolak
/menidaksetujui (disagree)
·
Mendiskusikan
(discuss)
·
Memaafkan
(excuse)
·
Memaafkan
(forgive)
·
Menyambut/menyalami
(greet)
·
Menolong/membantu
(help)
·
Berinteraksi/melakukan
interaksi (interact)
·
Mengundang
(invite)
·
Menggabung
(joint)
·
Menertawakan
(laugh)
II.Menentukan
Tema
a.Cara penentuan tema
Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu :
Cara Pertama,Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang terdapat dalam masing masing mata pelajaran ,dilanjutkan dengan
menentukan tema yang sesuai.
Cara Kedua,menetapkan terlebih dahulu tema tema pengikat
keterpaduan ,untuk menentukan tema tersebut ,guru dapat bekerjasama dengan
pendidik ,sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
b.Prinsip Penentuan tema
Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan
beberapa prinsip yaitu :
Ø
Memperhatikan
lingkungan yang dekat dengan siswa
Ø
Dari yang
mudah menuju yang sulit
Ø
Dari yang
sederhana menuju yang komplexs
Ø
Dari yang
konkret menuju ke abstrak
6
Ø
Tema yang
dipilih memungkinkan terjadinya proses berpikir pada siswa
Ø
Ruang
lingkup siswa disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa termasuk
minat,kebutuhan dan kemampuannya.
III.Indentifikasai
dan analisis Standar Kompetensi ,Kompetensi Dasar dan Indikator
Lakukan identifikasi dan analisis untuk setiap
Standar Kompetensi ,Kompetensi Dasar dan Indikator yang cocok untuk tema
sehingga semua standar kompetensi ,kompetensi dasar dan indikator terbagi
habis.
B.Menentukan Jaringan Tema
Buatlah jaringan tema yaitu menghubungkan
kompetensi dasar dan indikatir dengan tema pemersatu .dengan jaringan tema
tersebut akan terlihat kaitan antara tema,kompetensi dasar dan indikator dari
setiap mata pelajaran .Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan
alokasi waktu setiap tema.
Pemetaan Keterhubungan Kompetensi Dasar dengan Tema Pemersatu.
Pada tahap ini dilakukan pemetaan keterhubungan
kompetensi dasar masing-masing mata pelajaran yang akan dipadukan dengan tema
pemersatu. Pemetaan tersebut dapat dibuat dalam bentuk bagan dan/atau
matriks jaringan topik yang memperlihatkan kaitan antara tema pemersatu dengan
kompetensi dasar dari setiap matapelajaran. Tidak hanya itu, dalam pemetaan ini
akan tampak juga hubungan tema pemersatu dengan hasil belajar yang harus
dicapai siswa berikut indikator pencapaiannya.
7
Coba Anda perhatikan contoh pemetaan
keterhubungan kompetensi dasar
dengan tema pemersatu ”BINATANG” dalam bagan dan matriks di bawah ini!Dari bagan keterhubungan di atas dapat diuraikan
secara lebih lengkap dengan hasil belajar dan indikator-indikatornya
sebagaimana terlihat dalam contoh matriks.
BAHASA
INDONESIA
Matematika
Mendeskripsikan binatang Mamahami konsep
urutan Bil.Cacah
PENGETAHUAN
ALAM KERAJINAN TANGANDAN KESENIAN
Menanggapi berbagai unsurrupa: bintik, garis,
bidang,warna,
dan bentuk.
Mendeskripsikan
bagian-bagian
yang
tampak padahewan di sekitar rumah
dansekolah
8
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dalam Pelaksanaan pembelajaran tematik perlu
dilakukan beberapa hal yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar yang meliputi
Penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar kedalam
indikator,Menenentukan tema,prinsip penentuan tema dan identifikasi dan
analisis SK ,KD dan Indikator.serta pengembangan
jaringan tema.
B.Kritik dan Saran
Dalam penyusunan Makalah “Tahap persiapan
Pelaksanaan “ yang dilakukan oleh kelompok ,masih jauh dari harapan kita
bersama ,baik dari segi isi maupun kelengkapan .Untuk itu kami mengharapkan
Kritik dan saran terhadap Dosen,Teman-teman untuk memberikan masukan yang
membangun .
9
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
.................................................................................. i
Daftar Isi ................................................................................. ii
BAB
IV Tahap Persiapan Pelaksanaan
Bab I.Pendahuluan
1.Latar Belakang
............................................................................... 1
2.Rumusan masalah .......................................................................... 1
3.Tujuan masalah
............................................................................... 1
Bab II.Pembahasan
A.Pemetaan kompetensi dasar
.......................................................... 3
I.Penjabaran standar kompetensi,kompetensi
dasar dan indikator.... 3
II.Menentukan tema
......................................................................... 6
III.Identifikasi dan Analisis SK,KD dan
Indikator ........................... 7
B.Memetapkan Jaringan tema
.......................................................... 7
Bab III.Penutup
A.Kesimpulan
.................................................................................. 9
B.Kritik dan Saran .......................................................................... 9
Daftar pustaka
Ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjadkan kehadirad Tuhan
Yang Maha Esa ,yang telah memberikan kesempatan dan kesehatan untuk
meyelesaikan penyusunan makalah “ TAHAP PERSIAPAN PELAKSANAAN “,oleh Dosen
Pengampu Salmon Tambunan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk
meyelesaikan tugas yang telah diberikan kepada tiap kelompok untuk penilaian .
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan
makalah ini,masih jauh dari kesempurnaan dan masih mengharapkan perbaikan dan
penyempurnaan pada masa yang akan datang.Kami mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini ,semoga Makalah ini
bermamfaat dan menambah pengetahuan.
Sibolga,7
Mei 2012
( Penulis )
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu
dilakukan tahap persiapan pelaksanaan,agar proses pelaksanaan pembelajaran
dapat berjalan sesuai yang diharapkan bersama,baik dalam menunjang keberhasilan
penyusunan bahan ajar,keberhasilan guru
,serta keberhasilan siswa .untuk itu perlu dilakukan hal yang meliputi tahap
perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar,pengembangan
jaringan tema.Hal ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar untuk
keberhasilan pencapaian kriteria belajar ,maka diperlukan tahap persiapan
pelaksanaan.
2.Rumusan masalah
- Bagaimana pemetaan kompetensi dasar
- Bagaimana cara menentukan jaringan tema
3.Tujuan masalah
> Mahasiswa mengetahui bagaimana pemetaan
kompetensi dasar dalam tahap persiapan pelaksanaan
>
Mahasiswa memahami bagaimana cara menentukan jaringan tema
1
Sebagai seorang guru,
kita memiliki pelbagai tanggung jawab dan tugas yang harus dilaksanakan sesuai
dengan tuntutan profesi guru.Tugas utama dan terpenting yang menjadi tanggung
jawab seorang guru adalah memajukan, merangsang dan membimbing pelajar dalam
proses belajar. Segala usaha kearah itu harus dirancang dan dilaksanakan. Guru
yang berkesan dalam menjalankan tugasnya adalah guru yang berjaya menjadikan
pelajarnya bermotivasi dalam pelajaran. Oleh itu untuk keberkesanan dalam
pengajaran, guru harus berusaha memahami makna motivasi belajar itu sendiri dan
mengembangkan serta menggerakkan motivasi pemberlajaran pelajar itu ke tahap
yang maksimum.Guru dapat memahami motivasi belajar jika sewaktu mengajar dia dapat
melaksanakan langkah-langkah seperti berikut:
1. Mengenal pasti tingkat kecerdasan para
pelajar.
2. Melaksanakan teknik memotivasi pelajar.
3. Merumuskan tujuan belajar dan
mengaitkan tujuan itu dengan keperluan dan minat pelajar.
4. Menerapkan kemahiran bertanya kepada
pelajar.
5. Melaksanakan aktiviti pengajaran dengan
urutan yang sistematik.
6. Melaksanakan penilaian diagnostik.
7. Melaksanakan komunikasi interpersonal.
Memotivasi pelajar
merupakan salah satu langkah awal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam
pengajaran dan pembelajaran. Jika guru telah berjaya membangun motivasi pelajar
semasa pengajaran dan pembelajaran bermakna guru itu
6
telah berjaya mengajar.
Namun pekerjaan ini tidaklah mudah. Memotivasi pelajar tidak hanya menggerakkan
pelajar agar aktif dalam pelajaran, tetapi juga mengarahkan dan menjadikan
pelajar terdorong untuk belajar secara terus menerus, walaupun dia berada di
luar kelas ataupun setelah meninggalkan sekolah.
Para pakar Behavioristik mengemukakan bahawa motivasi ditentukan oleh
persekitaran. Guru merupakan persekitaran yang sangat berperanan di dalam
proses belajar. Oleh kerana itu, meningkatkan motivasi pelajar dalam pelajaran
merupakan tugas yang sangat penting bagi guru.
Mengapa usaha memotivasi
pelajar itu sangat penting bagi guru? Sesetengah guru mungkin beranggapan
bahawa tugas mereka sebagai guru hanyalah mengajar sahaja, bukan menimbulkan
minat pelajar terhadap apa yang mereka ajarkan. Guru-guru seperti ini
menghabiskan masa mereka di dalam kelas semata-mata hanya untuk menuangkan
bahan pelajaran kepada pelajar. Mereka tidak peduli sama ada isi pelajaran yang
mereka ajarkan atau yang mereka terangkan itu dapat diterima oleh pelajar untuk
dijadikan sebagai miliknya atau tidak. Mereka tidak memperhatikan apakah bahan
yang mereka ajarkan itu bermanfaat dan mempengaruhi tingkah laku atau
perkembangan pelajar ke arah yang positif. Guru-guru seperti ini tidak
menyedari bahawa pelajar-pelajar yang tidak berminat tidak akan dapat menerima
pelajaran dengan baik.
Pelajar yang tidak
berminat terhadap apa yang diajarkan oleh guru tetapi dia diharuskan
mempelajarinya, dapat menimbulkan suatu perasaan benci terhadap mata pelajaran
itu, bahkan untuk selanjutnya pelajar itu tidak akan ingin pernah
7
mempelajarinya. Di dalam
kelas yang kita ajar mungkin kita akan mendengar pelajarberkata, "Saya
tidak mampu belajar Bahasa Inggeris" atau "Saya tidak dapat belajar
matematik." Jika kita teliti permasalahannya, bukan kerana kedua-dua mata
pelajaran tersebut sukar atau tidak menyenangkan, tetapi kerana guru kedua-dua
mata pelajaran itu tidak menggunakan strategi yang berkesan, sehingga pelajar
tidak tertarik untuk mempelajarinya. Pelajar tidak bermotivasi, malahan
merasakan mata pelajaran tersebut menjadi menyiksa mereka.
Guru seharusnya
menggunakan masa yang banyak sewaktu mengajar untuk memotivasi
pelajar-pelajarnya. Pelajar yang termotivasi dengan baik dalam pelajaran akan
melakukan lebih banyak aktiviti dan lebih cepat belajar jika dibandingkan
dengan pelajar yang kurang atau tidak termotivasi semasa belajar. Ini
memandangkan, jika guru dapat membangunkan motivasi pelajar terhadap pelajaran
yang diajar maka diharapkan pelajar akan sentiasa meminati mata pelajaran
tersebut.
Sesungguhnya usaha
memotivasi pelajar dalam pendidikan adalah merupakan suatu proses :
(1) membimbing pelajar
untuk memasuki pelbagai pengalaman yakni proses belajar sedang berlangsung;
(2) proses menimbulkan
semangat dan keaktifan pada diri pelajar sehingga dia benar-benar bersedia
untuk belajar; dan
(3) proses yang
menyebabkan perhatian pelajar tertumpu kepada satu arah atau tujuan pada satu
masa, iaitu tujuan belajar.
8
Situasi kelas yang
pelajar-pelajarnya termotivasi dapat mempengaruhi sikap belajar dan tingkah
laku pelajar. Pelajar yang termotivasi untuk belajar akan sangat tertarik
dengan berbagai tugas belajar yang sedang mereka kerjakan; menunjukkan
ketekunan yang tinggi; variasi aktiviti belajar mereka pun akan lebih banyak.
Di samping keterlibatan mereka dalam belajar lebih besar, mereka juga kurang
menyukai tingkah laku yang negatif yang dapat menimbulkan masalah disiplin.
Oleh kerana itu, dalam upaya menjaga dan meningkatkan disiplin kelas maka
motivasi pelajar mesti dipertimbangkan. Ini bermakna meningkatkan motivasi
pelajar dalam belajar merupakan suatu cara yang baik dalam menghindari tingkah
laku pelajar yang negatif, kerana mereka terlibat aktif dalam belajar dan
terangsang untuk belajar.
Sebenarnya tujuan jangka
panjang dalam membangun dan mengembangkan motivasi pelajar dalam belajar adalah
terbentuknya motivasi kendiri. Kita sebagai guru ingin agar pelajar selalu
terdorong untuk mengembangkan minatnya untuk belajar walau di mana pun dia
berada. Kita berharap agar pelajar-pelajar kita sentiasa ingin menimba pelbagai
ilmu pengetahuan walaupun mereka telah lepas dari bimbingan kita. Tujuan
pendidikan yang paling utama adalah untuk membangkitkan dalam diri pelajar
suatu motivasi yang kuat dan terus menerus untuk belajar. Hal ini akan menjadi
suatu kecenderungan dan kebiasaan dalam melakukan proses belajar selanjutnya.
Yang menjadi persoalan
sekarang ialah bagaimana caranya kita semasa melakukan pelbagai usaha untuk
membangun dan mengembangkan motivasi pelajar semasa belajar? Para pakar Humanistik, misalnya Carl
Rogers, seorang pakar psikologi mengemukakan bahawa pada dasarnya di dalam
diri setiap manusia ada keinginan yang sangat kuat untuk belajar yang bersifat
semulajadi. Jadi, di dalam diri pelajar
9
keinginan itu sudah ada.
Guru hanya mengembangkan atau memupuk keinginan itu sehingga keinginan belajar itu
dapat direalisasikan dalam bentuk prestasi yang maksimum. Para pakar Behavioristk pula, misalnya B.F. Skinner, seorang pakar
pendidikan mengemukakan bahawa motivasi pelajar sangat ditentukan oleh
persekitarannya. Pelajar akan termotivasi semasa belajar jika persekitaran
belajar dapat memberikan rangsangan sehingga pelajar tertarik untuk belajar.
Guru harus mengatur persekitaran atau suasana belajar secara bijaksana sehingga
pelajar termotivasi untuk belajar.
Dalam proses mengajar dan
belajar, guru dituntut memiliki pelbagai pengetahuan dan pemahaman yang
bermanfaat untuk menimbulkan dan meningkatkan motivasi pelajarnya semasa
belajar, sehingga proses belajar yang dibimbingnya berjaya secara optimal. Oleh
kerana itu, guru perlu memahami dan menghayati serta menerapkan pelbagai
prinsip dan teknik-teknik untuk membangkitkan dan meningkatkan motivasi pelajar
dalam pembelajaran. Memang banyak sekali prinsip dan teknik yang berbeza-beza
yang perlu diketahui oleh guru, kerana di dalam usaha memotivasi pelajar sesungguhnya
tidak hanya satu prinsip dan teknik yang paling mujarab dipakai untuk semua
pelajar, sepanjang masa, dan untuk semua situasi. Berbeza mata pelajaran,
berbeza keperibadian pelajar, dan berbeza keperibadian guru menuntut perbezaan
prinsip dan teknik yang dipakai dalam memotivasi pelajar. Oleh kerana itu,
perbezaan mata pelajaran, keperibadian pelajar dan keperibadian guru harus
dipertimbangkan dalam memilih prinsip-prinsip dan teknik-teknik yang akan
dipakai dalam memotivasi pelajar.Di dalam kelas yang pelajar-pelajarnya terdiri
dari kelompok yang memiliki kemampuan yang sama namun berbeza keperibadian dan
minat, variasi prinsip-
10
Prinsip dan teknik-teknik yang dipakai akan lebih
banyak. Di dalam kelas mungkinkita akan menemui beberapa orang pelajar yang
mampu memotivasi dirinya sendiri. Pelajar-pelajar seperti ini tidak banyak
memerlukan pertolongan dari guru untuk merangsang minat mereka dalam belajar,
kerana mereka mampu mendorong diri mereka sendiri. Kebanyakan pelajar akan
mempunyai motivasi belajar jika kita menggunakan berbagai teknik untuk
memotivasi mereka, namun ada pula sejumlah pelajar yang baru akan termotivasi
jika kita melakukan usaha-usaha khusus bagi mereka. Oleh kerana itu kita
sebagai guru hendaklah fleksibel dalam memakai berbagai pendekatan dalam
merangsang minat pelajar dalam belajar, serta mampu menerapkan berbagai prinsip
dan teknik yang berbeza sesuai dengan keperluan masing-masing pelajar .
Motivasi merupakan
jantung-nya proses belajar. Oleh kerana motivasi begitu penting dalam proses
pembelajaran, maka tugas guru yang pertama dan terpenting adalah membangkitkan
atau membangun motivasi pelajar terhadap apa yang akan dipelajari oleh pelajar.
Motivasi bukan sahaja menggerakkan tingkah laku, tetapi juga mengarahkan dan
memperkuat tingkah laku. Pelajar yang bermotivasi dalam pembelajaran akan
menunjukkan minat, semangat dan ketekunan yang tinggi dalam pelajaran, tanpa
banyak bergantung kepada guru.
Menurut para pakar
motivasi terdapat dua jenis motivasi yang umum, iaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah
keinginan bertindak yang disebabkan oleh faktor pendorong yang murni berasal
dari dalam diri individu, dan
11
tujuan tindakan itu
terlibat di dalam tindakan itu sendiri, bukan di luar tindakan tersebut.
Berbeza dengan motivasi ekstrinsik, iaitu keinginan bertingkah laku sebagai
akibat dari adanya rangsangan dari luar atau kerana adanya kekuasaan dari luar.
Tujuan bertingkah laku pun tidak terlibat dalam tingkah laku itu sendiri,
tetapi berada di luar tindakan tersebut.
Di dalam proses belajar,
motivasi intrinsik lebih berkesan mendorong pelajar dalam belajar. Namun bukan
bermakna bahawa motivasi ekstrinsik perlu dihindari sama sekali. Motivasi
ekstrinsik dapat memancing timbulnya motivasi intrinsik. Banyak pelajar yang
termotivasi secara ekstrinsik dapat berjaya dengan baik dalam belajar, seperti
halnya dengan pelajar-pelajar yang termotivasi secara intrinsik, asalkan guru
dapat membantu mereka dengan cara yang tepat sesuai dengan keperluan mereka. Ada berbagai cara yang
dapat dilakukan oleh guru dalam membangkitkan motivasi pelajar dalam belajar
melalui pengembangan motivasi ekstrinsik, seperti memberikan penghargaan atau
celaan, membangun persaingan, memberikan hadiah atau hukuman, dan memberi tahu
kemajuan yang dicapai oleh pelajar. Masing-masing cara mempunyai
kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahannya sendiri. Guru harus menentukan
cara yang paling tepat sehingga berbagai kelemahan dapat dikurangi atau dihindarkan
sama sekali, dan sebaliknya kekuatan-kekuatan yang ada dikembangkan dan
dimanfaatkan sebesar-besarnya.
12
G. TEORI-TEORI
TENTANG MOTIVASI
Menurut teori Keperluan,
manusia termotivasi untuk bertingkah laku adalah kerana ingin memenuhi
bermacam-macam keperluan seperti berikut:
1.
Keperluan fizikal,
Yaitu meliputi keperluan makan, minum, seks atau
kenikmatan dan keselamatan fizikal lainnya. Oleh kerana itu sekolah hendaknya
menyediakan persekitaran yang menimbulkan kenikmatan, keamanan secara fizikal bagi
para pelajar, sehingga mereka merasa senang dan nyaman dalam belajar.
2.
Keperluan emosional,
Yaitu meliputi keperluan untuk mencapai prestasi
dan harga diri. Ini dijadikan dorongan yang memotivasi dalam belajar dengan
cara melibatkan pelajar dalam menentukan tujuan dan aktiviti untuk mencapai
tujuan belajar. Aktiviti belajar hendaklah benar-benar bermanfaat bagi pelajar.
Tugas-tugas belajar hendaklah cukup mencabar pelajar untuk berusaha secara
maksimum, tidak terlalu mudah dan tidak pula terlalu sukar. Urutan-urutan
aktiviti belajar hendaklah diatur sedemikian rupa sehingga pelajar benar-benar
dapat berhasil dalam belajar, sekalipun dia adalah pelajar yang lembab. Dalam
hal ini guru memperlakukan pelajar dengan penuh manusiawi dan menhormati serta
menghargai mereka.
3.
Keperluan kognitif,
Yaitu meliputi keperluan untuk berhasil menciptakan
atau memecahkan suatu suasana konflik atau hal-hal yang saling bertentangan dan
keperluan untuk mendapatkan
13
rangsangan. Untuk itu
guru perlu memberi tahu pelajar tentang tujuan pelajaran sehingga mereka
mengetahui keberhasilan yang bagaimana yang diharapkan untuk mereka capai.
Berbagai macam cara penyajian dapat dilaksanakan, seperti melalui teka-teki,
pertanyaan yang mengundang perdebatan atau berbagai pendapat untuk menjawabnya,
memunculkan pandangan-pandangan yang berlawanan atau berbeza atau aneh sehingga
pelajar-pelajar terangsang untuk berfikir dan membahasnya. Menyediakan
rangsangan dengan memberikan maklumat baru dan berkualiti melalui ceramah,
demonstrasi dan perbincangan.
Abraham Maslow, seorang pakar motivasi terkenal dan pencipta teori keperluan
mengemukakan suatu hubungan hirarki di antara pelbagai keperluan. Menurutnya
jika keperluan pertama terpuaskan atau terpenuhi, maka keperluan kedua
dirasakan oleh individu sangat penting untuk dipuaskan. Demikian seterusnya
sampai keperluan yang paling tinggi, iaitu keperluan aktualisasi diri.
Para pakar Humanistik menitik-beratkan pentingnya motivasi dari dalam
diri sendiri (self-motivation). Mereka menganjurkan agar guru-guru mendorong
berkembangnya rasa ingin tahu dan minat semulajadi pelajar dalam belajar. Para pakar Behavioristik pula menekankan pentingnya
persekitaran dalam menciptakan kondisi yang memotivasi pelajar. Mereka
menganjurkan agar guru mengaitkan belajar dengan rangsangan yang menimbulkan
perasaan senang dan membentuk tingkah laku pelajar melalui pemberian hadiah
atau berbagai penguatan lainnya.
14
H. MOTIVASI DI
DALAM KELAS
Dengan memahami
teori-teori yang termasyhur tentang motivasi, maka guru dapat mengembangkan delapan (8) jenis
motivasi di dalam kelas, iaitu:
(1) motivasi tugas;
(2) motivasi aspirasi;
(3) motivasi persaingan;
(4) motivasi afiliasi;
(5) motivasi kecemasan;
(6) motivasi menghindar;
(7) motivasi penguatan; dan
(8) motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri.
1.Motivasi tugas adalah motivasi yang ditimbulkan
oleh tugas-tugas yang ditetapkan sama ada oleh guru, murid sendiri, mahupun
yang dirancangkan oleh guru dan murid secara bersama-sama. Pelajar yang
memiliki motivasi tugas memperlihatkan keterlibatan dan ketekunan yang tinggi
dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar. Motivasi tugas hendaklah dibangun di
dalam diri pelajar dan ini dapat dilakukan oleh guru kalau dia mengetahui
cara-caranya.
2.Motivasi aspirasi yang tinggi tumbuh dengan subur
kalau pelajar memiliki perasaan sukses. Perasaan gagal dapat menghancurkan
aspirasi pelajar dalam belajar. Oleh kerana itu guru jangan menjadikan pelajar
selalu gagal, walaupun ini bukan bermakna guru harus menjadikan pelajar sukses
terus menerus. Suatu konsep yang harus
15
ditanam oleh guru kepada
pelajar agar ia memiliki aspirasi yang tinggi adalah bahawa kesuksesan atau
kegagalan ditentukan oleh 'usaha', bukan oleh kemampuan atau kecerdasan.
3.Motivasi Persaingan yang sehat dapat menjadi
motivasi yang kuat dalam belajar. Namun memupuk rasa persaingan yang
berlebih-lebihan, di kalangan pelajar dalam belajar dapat menimbulkan
persaingan yang tidak sihat, kerana pelajar bukan menjadi giat belajar, tetapi
dengan berbagai cara berusaha mengalahkan pelajar lain untuk mendapatkan
status. Membangun persaingan dengan diri sendiri pada setiap pelajar akan
menimbulkan motivasi persaingan yang sihat dan berkesan dalam belajar.
4.Motivasi afiliasi adalah dorongan untuk
melaksanakan kegiatan belajar dengan sebaik-baiknya, kerana ingin diterima dan
diakui oleh orang lain. Pelajar-pelajar yang masih kecil berusaha meningkatkan
usaha dan prestasi dalam belajar agar dia dapat diterima dan diakui oleh orang
dewasa, iaitu guru dan ibu bapanya. Namun para remaja lebih terdorong belajar
untuk mendapatkan penerimaan dan perakuan dari rakan sebaya. Oleh kerana itu,
guru-guru yang mengajar pelajar-pelajar yang masih kecil hendaknya memberikan
perhatian dan penghargaan yang penuh terhadap peningkatan usaha dan hasil
belajar yang ditampilkan oleh pelajar. Bagi pelajar remaja, guru hendaknya
dapat memanfaatkan kelompok untuk meningkatkan usaha dan prestasi belajar ahli
kelompok.
5.Kecemasan dapat mendorong usaha dan hasil
belajar. Tetapi kecemasan yang berlebihan dapat menurunkan keghairahan dan
hasil belajar. Pelajar yang telah memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar
jika mengalami kecemasan dapat
16
menurunkan motivasinya
itu. Demikian juga dengan pelajar-pelajar yang memiliki kecerdasan (IQ) rendah
kalau mengalami kecemasan menyebabkan usaha dan hasil belajar mereka menjadi
bertambah merosot. Tetapi kecemasan sangat berkesan untuk meningkatkan usaha
dan hasil belajar pelajar yang bermotivasi rendah dan yang memiliki kecerdasan
tinggi.
6.Motivasi penguatan dapat ditimbulkan melalui
diagram kemajuan belajar murid, memberikan komentar pada setiap kertas tugas,
ujian dan peperiksaan pelajar dan memberikan penghargaan. Guru hendaklah
menjauhi pemahaman bahawa pemberian angka sebagai sumber utama untuk
menimbulkan motivasi penguatan, kerana menitik-beratkan pemberian angka dalam
memotivasi pelajar dapat menimbulkan persaingan yang tidak sihat dan akan
menimbulkan kecemasan di dalam kelas.
7.Motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri sangat
berkesan dalam meningkatkan motivasi pelajar dalam belajar. Pelajar-pelajar ini
menunjukkan tingkah laku yang mandiri dalam belajar dan mempunyai sistem nilai
yang baik yang melatar-belakangi tingkah laku mereka itu. Pembentukan sistem
nilai-nilai yang menjadi tanggung jawab guru pada setiap pelajar, sehingga
pelajar-pelajar memiliki motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri adalah
sangat penting. Bagi pelajar-pelajar yang telah memiliki motivasi yang
diarahkan oleh diri sendiri, guru hanya perlu memberikan pelayanan yang sesuai
dengan tuntutan aktiviti belajar mereka.
I. MOTIVASI DAN
ASPEK-ASPEK PENGAJARAN
Aspek-aspek yang terlibat
dalam pengajaran yang meliputi sikap guru, kaedah pengajaran, bahan pelajaran,
media pengajaran dan penilaian hasil pengajaran sangat
17
mempengaruhi minat dan
keghairahan pelajar dalam belajar.Sikap atau tingkah laku guru dijadikan model
oleh pelajar-pelajarnya. Pelajar-pelajar meniru sikap atau tingkah laku guru,
sama ada yang pantas mahupun yang buruk. Gaya
guru dalam memimpin kelas juga mempengaruhi suasana kelas dan kegiatan pelajar
dalam belajar. Guru yang memberi semangat kepada pelajar dengan menekankan
bahawa semua pelajar dapat berhasil dalam belajar, asal berusaha keras, rajin,
tekun dan tidak mengenal putus asa, akan menimbulkan semangat pelajar untuk
belajar. Mereka tidak takut untuk salah dalam belajar, kerana mereka yakin jika
salah, mereka boleh berusaha lagi untuk memperoleh yang benar. Guru seperti ini
mengembangkan standard (tingkat kualiti) kesuksesan yang disebut
"Multidimensional Classroom". Berbeza dengan gaya guru yang mengembangkan standar
kesuksesan "Unidimensional
Classroom", yang menekankan bahawa kesuksesan hanya dapat diraih oleh
pelajar yang mempunyai potensi inteligensi tinggi atau pelajar yang cerdas.
Pelajar-pelajar yang dianggap guru kurang berpotensi inteligensi tinggi atau
kurang cerdas, tidak bersemangat untuk belajar dan merasa diri mereka tidak
mampu untuk menyelesaikan tugas-tugas belajar. Gaya guru dalam memimpin kelas seperti ini
buruk pengaruhnya terhadap suasana kelas dan motivasi pelajar.
Tingkah laku pelajar
dalam belajar dapat pula mempengaruhi keberkesanan pengajaran. Kalau tingkah
laku pelajar positif maka guru-guru cenderung menampilkan pengajaran yang
berkesan, dan jika tingkah laku pelajar negatif maka guru-guru cenderung untuk
menampilkan pengajaran yang kurang berkesan. Ada di antara guru-guru yang memberikan
pelayanan yang tidak sama terhadap pelajar-pelajar yang berbeza status
sosial-ekonomi, berbeza jenis kelamin, berbeda
18
kebudayaan dan berbeza
prestasi belajarnya. Tentu sahaja cara ini tidak sesuai dengan idea pendidikan
yang sebenarnya.
Kaedah mengajar yang
dapat mengghairahkan dan meraih minat pelajar untuk belajar adalah memungkinkan
pelajar terlibat secara aktif dalam belajar. Berbagai model mengajar yang
dikembangkan oleh Bruce Joyce dan Marsha, memungkinkan keterlibatan pelajar
yang maksimum dalam belajar. Model-model kaedah mengajar ini menuntut keaktifan
pelajar sesuai dengan taraf perkembangan masing-masing pelajar. Pada taraf
perkembangan pelajar yang tertinggi diharapkan pelajar-pelajar dapat belajar
mandiri; melakukan kegiatan belajar tanpa tergantung banyak terhadap guru.Bahan
pengajaran sangat penting peranannya dalam meningkatkan motivasi pelajar dalam
proses pembelajaran. Guru harus mengenal faktor-faktor yang harus dikembangkan
dalam memilih bahan pelajaran. Di samping itu guru juga harus mahir dalam
mengelola bahan pengajaran sehingga menarik dan memudahkan pelajar untuk
memahami bahan pengajaran tersebut.
Media pengajaran dapat
berfungsi untuk mendorong murid belajar dengan minat dan keghairahan yang
tinggi apabila media pengajaran itu dipilih dengan mempertimbangkan ciri-ciri
pelajar, tujuan pengajaran, jenis bahan pengajaran itu sendiri dan bentuk
penilaian pengajaran yang akan dilaksanakan. Untuk memilih media pengajaran
yang baik maka guru perlu mengetahui langkah-langkah yang harus ditempuhnya.
Aspek pengajaran lainnya
yang dapat mempengaruhi motivasi pelajar dalam belajar adalah pelaksanaan
penilaian pengajaran. Penilaian pengajaran yang dapat
19
meningkatkan aktiviti
murid dalam belajar, adalah penilaian yang dapat memberitahu pelajar tentang
kelemahan dan kekuatannya dalam belajar dan penilaian itu dirasakan oleh
pelajar sebagai penggambaran yang benar tentang taraf penguasaannya dalam
belajar. Penilaian hendaknya diikuti dengan tindak lanjut dari guru, iaitu
membantu pelajar untuk meningkatkan taraf penguasaan belajar yang sempurna,
sehingga pelajar dapat berprestasi lebih tinggi.
J. MOTIVASI DAN
PERSEKITARAN
Persekitaran sekolah mahupun
persekitaran rumah penting peranannya dalam meningkatkan motivasi pelajar dalam
belajar. Guru mahupun ibu bapa hendaknya dapat menciptakan persekitaran sekolah
dan persekitaran rumah yang memungkinkan keghairahan dan minat murid belajar
menjadi meningkat. Persekitaran fizikal sekolah, sama ada yang menyangkut
pengaturan ruangan kelas mahupun pengaturan jumlah pelajar dalam satu kelas,
hendaknya mempertimbangkan persyaratan fizikal mahupun psikologikal yang
menunjang keberkesanan pelajar dalam belajar.
Situasi sosial dalam
kelas hendaknya dapat menjamin perasaan aman dan tingginya kerjasama dikalangan
pelajar dalam mencapai tujuan akademik.
Ibu bapa dapat
menciptakan situasi fizikal mahupun psikologikal yang menyokong minat dan
keghairahan anaknya dalam belajar. Penyediaan kesempatan yang diperlukan anak
dalam belajar di rumah mahupun di luar sangat menunjang kesuksesan anak dalam
belajar. Membina hubungan akrab dengan anak dan
20
memberikan perhatian yang
tinggi penting dan patut dilakukan oleh ibu bapa, kalau mahu anaknya berjaya
dalam belajar.
K. TEKNIK-TEKNIK MEMOTIVASI MURID DALAM BELAJAR
Banyak teknik yang dapat
dipergunakan guru untuk meningkatkan motivasi murid dalam belajar. Guru
hendaknya selalu ingat betapa pentingnya memberikan alasan-alasan kepada
pelajar mengapa mereka harus belajar dengan sungguh-sungguh dan berusaha untuk
berprestasi sebaik-baiknya. Guru juga perlu menjelaskan kepada pelajar-pelajar
apa yang diharapkan dari mereka selama dan sesudah proses belajar berlangsung.
Lebih jauh, guru perlu mengusahakan agar pelajar-pelajar mengetahui tujuan
jangka pendek dari pelajaran yang sedang diikutinya. Ingatlah bahawa ada
cara-cara yang berkesan dan ada pula cara-cara yang tidak berkesan dalam
memberikan penghargaan untuk meningkatkan kegiatan belajar, sikap terhadap
belajar dan sikap terhadap diri sendiri murid, tetapi jangan lupa bahawa untuk
pelajar-pelajar tertentu mungkin dapat merosak motivasi belajar mereka. Oleh
kerana itu, anda sebagai guru harus berhati-hati dalam melaksanakan ujian dan
memberikan angka atau markah kepada pelajar.
21
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pegertian Motivasi
Belajar
Istilah motivasi
berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat
dalam diri individu tersebut bertindak. Dengan demikian, motivasi merupakan
dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan
tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhan. Jika seorang siswa tidak
melakukan yang seharusnya seperti yang dilakukan oleh temannya, perlu
diselidiki apa penyebabnya. Penyebab dapat bermacam-macam dan antara siswa yang
satu dengan yang lain bisa berbeda. Ada kemungkinan siswa tidak mampu, malas,
lapar, sakit, malu, benci, sibuk mengerjakan tugas yang lain. Melalui motivasi
diharapkan siswa memiliki usaha untuk membangun kondisi, sehingga mereka
memiliki keinginan dan minat serta bersedia melakukan sesuatu.
Berbagai pakar mengetengahkan pandangannya
tentang motivasi. Teori motivasi yang sangat fundamental dan monamental, juga
telah banyak dikenal orang dan digunakan dalam berbagai kegiatan adalah teori
motivasi dari Abraham Maslow. Maslow, sebagai tokoh motivasi aliran humanisme,
menyatakan bahwa kebutuhan manusia secara hierarki semuanya laten dalam diri manusia. Martin
Handoko (2002:9) mengartikan motivasi itu sebagai suatu tenaga atau faktor yang
terdapat dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan, dan
mengorganisasikan tingkah laku.
3
Bell Gredler (1986:1) mendefenisikan belajar sebagai proses memperoleh
berbagai kemampuan, keterampilan dan sikap. Sedangkan menurut Winkel (1996:21)
belajar berarti perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian
kegiatan, misalnya membaca, mengamati, mendengarkan, meniru.
B.FUNGSI MOTIVASI
Sudirman A.M (2001: 84) mengemukan beberapa fungsi motivasi dalam proses
pembelajaran :
·
Sebagai
penggerak
·
Menentukan
arah perbuatan, yakni kearah mana tujuan akan dicapai
·
Memiliki
strategi untuk mencapai sukses
·
Membuat
siswa berani berpartisipasi
·
Membangkitkan
hasrat ingin tahu pada siswa
·
Menyempurnakan
perhatian siswa
Motivasi yang menyebabkan siswa melakukan
kegiatan belajra dapat timbul dari dalam diri sendiri maupun luar diri.
Sehubungan dengan hal itu Sumadi Suryabrata (1988: 9) membedakan motivasi
instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik yaitu motivasi yang
timbul dalam diri seseorang tanpa rangsangan maupun bantuan orang lain,
sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul oleh rangsangan dari
luar diri seseorang.
C.Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
·
Intelektual
Ini merupakan salah satu faktor yang penting yang ikut menentukan
tingkat motivasi seseorang dalam usaha memiliki pengetahuan serta mempelajari
sesuatu.
4
·
Kebutuhan
belajar
Perhatian siswa akan bangkit karena adanya dorongan ingin tahu, hal itu
dapat dirangsang melalui cara baru, unik atau cara yang sudah ada, sumber
belajar yang tersedia, lingkungan belajar.
·
Minat
Strategi untuk merangsang minat siswa dapat dilakukan dengan cara :
·
Menggunakan
metode pembelajaran yang bervariasi
·
Menggunakan
media untuk melengkapi bahan kajian
·
Menggunakan
teknik bertanya
·
Sifat
pribadi
Faktor ini mencakup hal-hal seperti taraf intelegensi, daya motivasi
belajar, perasaan dalam belajar, kondisi mental dan fisik, cita-cita dimasa
depan.
D.Faktor yang meningkatkan motivasi belajar
Semakin sering guru menggunakan media dalam PBM
maka diperkirakan siswa akan termotivasi dalam belajar. Faktor yang
meningkatkan motivasi belajar :
·
Pengetahuan
·
Media yang
digunakan
·
Fasilitas
·
Lingkungan
·
Sumber
belajar
·
Suasana
belajar
·
Penghargaan
·
Cita-cita
mada depan
5
BAB III
PENUTUP
1.KESIMPULAN
Melalui model pemberian motivasi belajar dapat
meningkatkan disiplin kelas,sehingga guru maupun peserta didik semakin
tertangtang untuk lebih meningkatkan motivasi belajar sehingga tanpa tidak
disadari bahwa peserta didik telah meningkatkan disiplin kelas.
Guru yang memberi semangat kepada pelajar dengan menekankan bahawa
semua pelajar dapat berhasil dalam belajar, asal berusaha keras, rajin, tekun
dan tidak mengenal putus asa, akan menimbulkan semangat pelajar untuk belajar.
Tugas guru yang pertama
dan terpenting adalah membangkitkan atau membangun motivasi pelajar terhadap
apa yang akan dipelajari oleh pelajar. Motivasi bukan sahaja menggerakkan
tingkah laku, tetapi juga mengarahkan dan memperkuat tingkah laku. Pelajar yang
bermotivasi dalam pembelajaran akan menunjukkan minat, semangat dan ketekunan
yang tinggi dalam pelajaran, tanpa banyak bergantung kepada guru.
2.Kritik dan Saran
Dalam penyusunan Makalah “UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN KELAS“ yang disusun oleh penyaji ,karena penyaji lebih menekankan atau membahas mengenai Motivasi belajar
.Penyusunan Makalah ini masih jauh
dari harapan kita bersama ,baik dari segi isi maupun kelengkapan .Untuk itu Penyaji mengharapkan Kritik dan saran
terhadap Dosen,Teman-teman untuk memberikan masukan yang membangun .
22
BAB I
PENGAHULUAN
I.Latar belakang
Dalam proses belajar mengajar, pembelajaran
mengandung arti suatu kegiatan yang dilaksanakan guru dan siswa secara bersama-sama.
Inti dari pembelajaran tersebut adalah terjadi proses memberi dan menerima.
Berdasarkan hasil pengamatan guru dalam proses belajar mengajar,siswa
sebab dianggap sulit pembelajaran
apabila seorang guru tidak memberikan motivasi dalam proses pembelajaran.
Salah satu indikator
rendahnya hasil belajar pada kegiatan belajar pada mata pelajaran tersebut belum
maksimal. Pada umumnya model
pemberian motivasi yang digunakan dalam proses belajar mengajar
masih didominasi oleh media konkrit dan abstrak.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka guru perlu meningkatkan disiplin kelas melalui model
pemberian motivasi.
II.Rumusan masalah
Dari latar belakang tersebut adapun
rumusan masalah dalam permasalahan ini adalah bagaimana cara meningkatkan disiplin
kelas melalui model pemberian motivasi.
III.Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah tersebut adapun
tujuan dari permasalahan dalam penyusunan makalah ini adalah guru dapat
meningkatkan disiplin kelas melalui model pemberian motivasi .
1
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjadkan kehadirad Tuhan
Yang Maha Esa ,yang telah memberikan kesempatan dan kesehatan untuk
meyelesaikan penyusunan makalah “ Cara Meningkatkan Disiplin Kelas Melalui Model
Pemberian Motivasi “,oleh Dosen
Pengampu Wenglin Rajagukguk.
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk
meyelesaikan tugas yang telah diberikan kepada Mahasiswa secara individu untuk
penilaian .
Penyaji menyadari sepenuhnya bahwa
penyusunan makalah ini,masih jauh dari kesempurnaan dan masih mengharapkan
perbaikan dan penyempurnaan pada masa yang akan datang.Penyaji mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini ,semoga Makalah ini
bermamfaat dan menambah pengetahuan.
Sibolga,27 juni 2012
( Penulis )
i
Tidak ada komentar:
Posting Komentar