LAPORAN
PEMANTAPAN
KEMAMPUAN PROFESIONAL
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI KEGIATAN
BOARD GAME (DADU) DI KELOMPOK B RA AN NAULI
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
DISUSUN OLEH :
NAMA : NURLATIFA PANGGABEAN
NIM : 825938469
PROGRAM : S1 PAUD
POKJAR : SIBOLGA
UNIT
PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH ( UPBJJ )
MEDAN
2018
“MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI KEGIATAN BOARD GAME (DADU) DI KELOMPOK B RA AN
NAULI TAHUN PELAJARAN 2017/2018”
Oleh :
Nurlatifa
Panggabean
NIM.825938469
ABSTRAK[1]
RA.An Nauli Pandan merupakan Taman Kanak- kanak tempat
penulis melakukan penelitian. Pembelajaran yang digunakan menggunakan benda
konkrit dan menyenangkan,pembelajaran yang menyenangkan salah satunya
menggunakan media.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan berhitung melalui kegiatan Board Game (Dadu) di RA. An- Nauli Pandan Kabupaten
Tapanuli Tengah. Objek penelitian ini berupa kemampuan berhitung anak meliputi
menghitung benda/gambar,penjumlahan dan pengurangan.Subjek penelitian ini anak
kelompok B RA An Nauli Pandan yang berjumlah 15 anak terdiri dari 8 laki-laki
dan 7 Perempuan. Kegiatan perbaikan pembelajaran terdiri dari 2 siklus yang
setiap siklusnya melakukan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Waktu pelaksanaan siklus ini adalah selama 10 hari yaitu siklus I pada tanggal
9/ sd 13 April 2018, dan siklus II yaitu pada Tanggal 16 s/d 20 April 2018.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan kemampuan berhitung menggunakan Dadu.Hal ini terlihat dari
kemampuan anak dari siklus 1 bahwa 6 orang anak atau 40 % sudah mulai
berkembang, 5 orang anak atau 33 % berkembang sesuai harapan dan 4 orang anak
atau 26 % berkembang sangat baik.Harapan pada siklus 2 kemampuan berhitung anak
mencapai 2 orang anak atau 13 % sudah mulai berkembang, 7 orang anak atau 46 % berkembang
sesuai harapan dan 6 orang anak atau 40 % berkembang sangat baik.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Pendidikan Taman kanak-kanak merupakan
salah satu bentuk pendidikan pra-sekolah yang terdapat dijalur pendidikan
sekolah (PP No.27 Tahun 1990). Sebagai lembaga pendidikan pra sekolah, tugas
utama TK adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai
pengetahuan,sikap,perilaku,keterampilan dan intelektual agar dapat melakukan
adaptasi dengan kegiatan belajar yang sesungguhnya disekolah dasar. Masa
kanak-kanak merupakan masa golden age (Usia emas),pada usia ini anak mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat pada berbagai aspek
perkembangannya.
Menurut J.Piaget dalam Yuliani Nurani
Sujiono (2004:3.4) menyatakan bahwa perkembangan kognitif anak usia dini berada
pada tahapan praoperasional yaitu anak menggunakan simbol dan penyusunan
tanggapan internal. Pada masa ini anak masih berada pada tahap belajar sambil
bermain (learning By Doing), sesuai dengan prinsip belajar seraya bermain.
Untuk dapat menggali potensi yang dimiliki oleh setiap anak,maka diperlukan
adanya usaha yang sesuai dengan kondisi anak masing-masing. Upaya ini dapat
dilakukan dengan cara bermain sambil berhitung.
Berhitung di Taman kanak-kanak tidak
hanya terkait dengan kemampuan kognitif saja,tetapi juga kesiapan mental
sosial,emosional karena dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara menarik,
bervariasi dan menyenangkan. Metode berhitung yang sangat diperlukan untuk
menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari,terutama konsep bilangan merupakan dasar pengembangan
kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan selanjutnya
(Depdiknas,2007,1).
Berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan
berhitung di RA An Nauli kelompok B
dengan permasalahan baik dari guru maupun siswa dan sumber belajar
sebagai Pendukungnya ditemukan adanya beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Dari
15 anak baru 6 orang anak atau 40 % paham lambang bilangan sedangkan 9 anak
atau 60 % belum paham lambang bilangan.
2. Untuk
proses berhitung gambar atau benda hanya 5 orang anak atau 33% yang menghitung
secara benar sesuai jumlah gambar atau benda sedangkan 10 orang anak atau 67%
belum mampu menghitung secara mandiri.
3. Untuk
proses berhitung tambah secara sederhana hanya 5 orang anak atau 33% yang mampu
dan faham menjumlahkan angka.Sedangkan 10 orang anak atau 67% belum paham
menjumlahkan tanpa benda atau media.
4. Untuk
proses berhitung kurang secara sederhana hanya 4 orang anak atau 26,66% yang
faham dan mampu melakukan sementara 11 orang anak atau 73,33% anak belum mampu
mengurangi tanpa bantuan benda atau media.
5. Dari
15 orang anak yang mengikuti pembelajaran berhitung sekitar 6 orang anak atau
40% yang aktif mengikuti pembelajaran sedangkan 9 orang anak 60% masih pasif
mengikuti pembelajaran berhitung.
6. Metode
yang digunakan guru kurang menarik dan kurang menyenangkan bagi anak sehingga
anak tidak tertarik untuk belajar berhitung.
Oleh
karena itu peneliti berusaha untuk memperbaiki pembelajaran agar tercipta
suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan dan anak-anak tertarik untuk
belajar berhitung.Maka peneliti tertarik untuk membuat penelitian kelas tentang
“Meningkatkan kemampuan berhitung melalui kegiatan board game (dadu) di
kelompok B RA An Nauli Tahun Pelajaran 2017/2018”.
3
1.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang
masalah diatas,maka identifikasi masalah dalam kegiatan belajar mengajar sebagai
berikut :
a.
Anak masih belum bisa menghitung gambar
atau benda yang berdekatan sering kali dilewatkan dan ditambah-tambahkan
sehingga tidak sesuai dengan jumlah gambar/benda yang sesungguhnya.
b.
Hasil belajar siswa yang tidak sesuai
harapan guru.
c.
Strategi guru yang masih klasik tanpa
menggunakan media dan alat peraga.
d.
Perilaku anak yang masih pasif dan malas
tanpa dimotivasi guru.
e.
Kurangnya kemampuan konsep bilangan
berhitung tambah kurang secara sederhana.
2.
Analisis Masalah
Adapun
masalah yang dihadapi dalam kegiatan berhitung melalui dadu adalah hanya 40%
anak yang mengenal konsep bilangan dan paham berhitung tambah kurang, 33% pula
anak yang dapat berhitung. Anak yang telah mengenal angka dan bisa berhitung
tentunya dapat menghitung bentuk tambah kurang dalam bentuk sederhana dan anak
yang belum tahu berhitung tentu belum bisa berhitung dan paham mengenai tambah
kurang dalam bentuk sederhana sehingga saat pembelajaran berhitung anak masih
pasif dan tidak mau tahu tentang berhitung.
3.
Alternatif dan Prioritas Pemecahan
Adapun alternatif dan
prioritas pemecahan masalah dalam penggunaan dadu, yaitu :
a. Guru
memaksimalkan cara mengajar anak terutama memahami anak didik,agar guru mengerti apa yang diinginkan oleh anak.
b. Mengulang-ulang
cara berhitung menggunakan benda atau media sehingga secara tidak langsung anak
mampu melakukan perhitungan.
4
c. Memamfaatkan
lokasi dan fasilitas yang ada dan berusaha untuk menutupi kekurangan anak
sehingga tidak merasa bosan saat bermain.
d. Memotivasi
anak untuk terus mencoba dan mencoba lagi sampai anak mampu berhitung dan paham
berhitung tambah kurang dalam bentuk sederhana
dan memberi penghargaan.
B.Perumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian pada latar belakang masalah di atas,maka masalah dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :“ Bagaimana cara meningkatkan kemampuan
berhitung anak melalui kegiatan bermain board game (Dadu) di ke B RA An Nauli
tahun pelajaran 2017/2018 ?
C.Tujuan
Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Sesuai
dengan rumusan masalah diatas,maka tujuan perbaikan pembelajaran dalam
penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan berhitung melalui kegiatan board
game (Dadu) di kelompok B RA An Nauli tahun pelajaran 2017/2018.
D.Mamfaat
Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Adapun
perbaikan ini diharapkan bermamfaat bagi :
1. Bagi
Anak didik
a. Mendorong
semangat belajar anak didik terhadap pelajaran berhitung.
b. Menanamkan
pengertian bilangan dan kecakapan dasar berhitung.
c. Membantu
anak didik menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit
d. Menumbuhkan
minat anak dalam berhitung sambil bermain sesuai dengan kebutuhan anak.
2. Bagi
Guru
a. Menambah
wawasan tentang stimulasi yang tepat dalam merangsang perkembangan kognitif
anak dalam berhitung.
b. Memudahkan
guru untuk melatih keterampilan dan kesabaran dalam mengajarkan pelajaran
berhitung.
5
c. Membangkitkan
kreativitas guru dalam menerapkan dan menciptakan inovasi dalam kegiatan
pembelajaran.
d. Guru
dapat berkembang secara profesional karena mampu menilai dan memperbaiki
pembelajaran yang dikelolanya.
e. Guru
lebih percaya diri karena mampu menemukan kekuatan dan kelemahan dan
mengembangkan akternatif untuk mengatasi kelemahannya.
3. Bagi
Orangtua
a. Agar
dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam berhitung melalui bermain dadu.
b. Sebagai
pendorong untuk pelaksanaan pendidikan sehingga menjadi pengetahuan bagi
orangtua.
4. Bagi
sekolah
a. Sekolah
mampu mengembangkan model-model pembelajaran.
b. Kegiatan
pembelajaran dikelas akan lebih efektif dan efesien.
c. Kemampuan
guru dalam melakukan penelitian dengan berbagai strategi perbaikan
pembelajaran,diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan secara optimal
dan hasilnya bisa disebarluaskan kesekolah lain.
d. Memberikan
sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah tercermin dari peningkatan
kemampuan guru,hasil belajar siswa.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian
tentang Kemampuan
Kemampuan
berasal dari kata “mampu” yang berarti kuasa,sanggup,melakukan
sesuatu,dapat,berada,kaya,mempunyai harta berlebihan ( Kamus Besar Bahasa
Indonesia ). Kemampuan adalah sesuatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu yang
harus ia lakukan. Menurut Chaplin Ability (Kemampuan, kecakapan, ketangksana,bakat,
kesanggupan) merupakan tenaga untuk melakukan sesuatu perbuatan. Sedangkan
menurut Robbins kemampuan merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau
merupakan hasil latihan atau praktek.
Menurut
Ahmad Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata kecakapan. Setiap individu
memiliki kecakapan yang berbeda beda dalam melakukan suatu tindakan. Kemampuan
adalah yang dapat dikuasai oleh anak setelah terjadinya proses
belajar.kemampuan anak TK tentu tidak sama dengan kemampuan anak pada jenjang
yang lebih tinggi,mengingat usia, kematangan cara berpikir anak belum maksimal
(PGTK 2402).
B. Hakikat
Berhitung
1. Pengertian
Berhitung
Berhitung
adalah usaha melakukan, mengerjakan hitungan seperti menjumlah, mengurangi
serta memanipulasi bilangan-bilangan dan lambang-lambang matematika. Secara
umum permainan matematika untuk anak usia dini bertujuan agar anak-anak
mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung sejak dini.
Menghitung
merupakan cara belajar mengenal angka, kemudian menggunakan nama angka tersebut
untuk mengidentifikasi jumlah benda. Menghitung merupakan kemampuan akal untuk
menjumlahkan. Membedakan angka dan menunjukkan angka atau nomor adalah simbol
atau lambang (Syamsiatin,2006:11).
7
Kegiatan
berhitung untuk anak usia dini disebut pula kegiatan yang menyebutkan urutan
bilangan atau membilang buta. Anak menyebutkan urutan bilangan tanpa
menghubungkan dengan benda benda konkret. Pada usia 4 tahun mereka dapat
menyebutkan bilangan sampai sepuluh, sedangkan usia 5-6 tahun dapat menyebutkan
bilangan sampai seratus (Sriningsih,2008).
2. Teori
yang mendasari perlunya permainan berhitung di Taman kanak –kanak sebagai
berikut :
a. Tingkat
perkembangan mental anak
Jean
Piaget, menyatakan bahwa kegiatan belajar memerlukan kesiapan dalam pendidikan
anak. Artinya belajar sebagai proses membutuhkan aktivitas fisik maupun pisikis,selain
itu kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan tahap tahap
perkembangan anak.
b. Masa
peka berhitung pada anak
Apabila anak sudah menunjukkan masa peka
(Kematangan) untuk berhitung,maka orangtua dan guru harus tanggap untuk segera
memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan
tersalurkan dengan sebaik-baiknya.
c. Perkembangan
awal menentukan perkembangan anak selanjutnya
Hurlock (1993) mengatakan bahwa lima tahun pertama
dalam kehidupan anak merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya. Anak
yang mengalami masa bahagia berarti terpenuhi segala kebutuhan baik fisik
maupun psikis diawal perkembangannnya diamalkan akan sangat melaksanakan
tugas-tugas perkembangan Erikson, menerangkan apa yang dipelajari seorang anak
tergantung bagaimana orangtua memenuhi kebutuhan anak akan
makanan,perhatian,cinta kasih.
3. Tujuan
Pembelajaran Berhitung
Secara
umum tujuan berhitung bagi anak usia dini bertujuan untuk mengetahui
dasar-dasar pembelajaran berhitung. Secara khusus dapat berpikir logis dan
sistematis sejak dini melalui pengamatan terhadap benda-benda konkrit
gambar-gambar atau angka-angka yang terdapat disekitar.
8
Menurut Piaget, tujuan pembelajaran
berhitung anak usia dini sebagai logico-mathematical learning atau belajar
berpikir logis dan matematis dengan cara menyenangkan dan tidak rumit. Jadi, tujuan
pembelajaran berhitung anak usia dini yaitu untuk melatih anak berpikir logis
dan sistematis sejak dini dan mengenalkan dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga
pada saat nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada
jenjang selanjutnya yang lebih kompleks.
4. Prinsip
– Prinsip Berhitung
a. Menurut
Depdiknas (2000:8)
Prinsip-prinsip
dalam menerapkan permainan berhitung di Taman kanak-kanak yaitu permainan
berhitung diberikan secara bertahap, diawali dengan berhitung benda-benda atau
pengalaman peristiwa konkrit yang dialami melalui pengamatan terhadap alam
sekitar dan melalalui tingkat kesukarannya. Misalnya dari konkrit ke
abstrak,mudah ke sukar dari sederhana ke kompleks. Permainan berhitung akan
berhasil jika anak diberi kesempatan berpartisipasi dan dirangsang untuk
menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri.
b. Menurut
Yew ( Dalam Susanto,2011:103)
Prinsip -
prinsip mengajarkan berhitung pada anak,
membuat pelajaran yang menyenangkan, mengajak anak terlibat secara langsung, membangun
keinginann dan kepercayaan diri dalam menyesuaikan berhitung, hargai kesalahan
anak dan jangan menghukumnya, fokus pada apa yang dicapai anak.
Dapat disimpulkan prinsip – prinsip
berhitung bagi anak usia dini yaitu :
o
Pembelajaran secara langsung yang
dilakukan oleh anak didik melalui bermain atau permainan yang diberikan secara
bertahap.
o
Menyenangkan bagi anak anak melalui
bermain dan tidak memaksakan kehendak guru dimana anak diberi kebebasan untuk
berpartisipasi atau terlibat langsung menyelesaikan masalah.
9
5. Mamfaat
Pengenalan Berhitung
a) Mengembangkan
aspek perkembangan dan kecerdasan anak dengan menstimulasi otak untuk berpikir
logis dan matematis (Suyanto,2005).
b) Melalui
berbagai pengamatan terhadap benda sekelilingnya dapat berpikir secara
sistematis dan logis,dapat beradaptasi dan menyesuaikan dengan lingkungannya
dalam keseharian memerlukan kepandaian berhitung
( Siswanto,2008:44).
c) Memiliki
Apresiasi,konsentrasi serta ketelitian yang tinggi
d) Mengetahui
konsep ruang dan waktu
e) Mampu
memperkirakan urutan sesuatu
f) Terlatih,menciptakan
sesuatu secara spontan sehingga memiliki kreativitas dan imajinasi yang tinggi.
C. Konsep
Teori Bermain
1. Pengertian
Bermain adalah setiap kegiatan yang
dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil
akhir (Suntrock,1978).Bermain dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan
atau tekanan dari luar atau kewajiban. Piaget menjelaskan bermain terdiri atas
tanggapan yang diulang sekedar untuk kesenangan fungsional. Bermain merupakan
salah satu pengalaman belajar yang sangat berharga dalam semua aspek kecakapan.
Dengan bermain anak memiliki kesempatan untuk membangun relasi dengan orang
lain,melatih keterampilan motorik serta memamfaatkan kapasitas visualnya
(Brooks dan Elliot,1971).
Bermain adalah cerminan kemampuan
fisik,intelektual,emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik
untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar
menyesuaikan diir dengan lingkungan melakukan apa yang dapat dilakukan dan
mengenal waktu, jarak serta suara ( Wong,2000).
10
Bermain adalah cara alamiah bagi anak
untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan dalam dirinya yang tidak ia sadari (Miller
dan Keong,1983). Bermain adalah segala aktivitas untuk memperoleh rasa senang
tanpa memikirkan hasil akhir yang dilakukan secara spontan tanpa paksaan orang
lain,yang perlu diperhatikan orangtua,bermain haruslah kegiatan yang
menyenangkan bagi anak.
Menurut
N.Murdiati Sulastomo (2002) kegiatan bermain yang dilakukan berdasarkan
inisiatif anak. Anak diberi kesempatan memilih kegiatan bermain sendiri dan
anak menentukan bagaimana untuk melakukan permainan tersebut.
2. Ciri-Ciri
Bermain
a. Spontan
Kegiatan bermain dapat
terjadi tanpa ada perencanaan sebelumnya. Contohnya ketika anak laki laki
melihat bola secara spontan anak akan menendang bola tersebut.
b. Bermain
berarti anak aktif melakukan kegiatan
c. Menyenangkan
d. Bermain
sesuai keinginannya tanpa ada paksaan dan tekanan pihak lain.
e. Bermain
dilakukan atas keinginan dan kemauan anak sendiri.
3. Fungsi
Bermain
a. Memperkuat
dan mengembangkan otot dan koordinasinya melalui gerak, melatih motorik halus,
motorik kasar dan keseimbangan karena ketika bermain fisik anak belajar
memahami bagaimana kerja tubuhnya.
b. Mengembangkan
keterampilan emosinya,rasa percaya diri pada orang lain,kemandirian dan
keberanian untuk berinisiatif.
c. Mengembangkan
kemampuan intelektualnya karena melalui bermain anak sering kali melakukan
eksplorasi terhadap sesuatu yang ada dilingkungannya.
d. Mengembangkan
kemandiriannya dan menjadi dirinya sendirinkarena bermain anak selalu bertanya,
meneliti lingkungan,belajar mengambil keputusan, berlatih peran sosial sehingga
anak menyadari kemampuan dan kelebihannya.
11
4. Bermain
Mengembangkan Kemampuan Kognitif
Piaget (1962) anak belajar mengontruksi pengetahuan dengan berinteraksi
dengan objek yang ada disekitarnya. Bermain menyediakan kesempatan bagi anak
untuk berinteraksi dengan objek. Anak memiliki kesempatan untuk menggunakan
indranya seperti menyentuh, mencium, melihat dan mendengarkan. Bermain
menjembatani anak dari berpikir konkret ke berpikir abstrak.Vygostky (1976)
menyatakan bahwa pada saat bermain, pikiran anak terbebas dari situasi
kehidupan yang nyata yang menghambat anak berpikir abstrak. Penelitian Hoorn
(1993) menunjukkan bahwa bermain memiliki peran yang sangat penting dalam
mengembangkan kemampuan berpikir logis,imajinasi dan kreativitas.
D. Board Game ( Dadu )
1. Pengertian
Board Game adalah permainan yang
dimainkan oleh dua orang atau lebih, berupa papan permainan yang telah dibentuk
sedemikian rupa sesuai jenis permainan.Board game bisa menggunakan dadu, koin
kartu yang digunakan dengan cara tertentu, sesuai dengan peraturan masing
masing jenis board game tersebut. Beberapa board game memang ditunjukkan pada
anak anak,seperti shoots dan ladders yang kita kenal permainan ular tangga yang
muncul abad ke 19 untuk mengajarkan kepada anak anak menghitung dan konsep
keberuntungan. Board game adalah jenis permainan yang memiliki keunikan
tersendiri dan mempunyai pengaruh kuat atas perkembangan jiwa dan mental
anak-anak.
Dadu berasal
dari bahasa latin “datum” yang berarti suatu yang diberikan atau dimainkan
(Wikipedia). Dadu adalah suatu objek kecil umummnya berbentuk kubus yang
digunakan untuk menghasilkan angka atau simbol acak.
Dadu adalah kubus kecil berisi yang
terbuat dari kayu,plastik dan gading pada sisinya diberi mata satu samapi enam
(1-6) yang diatur singga dua sisi yang
12
saling
berhadapan selalu berjumlah tujuh ( Kamus besar bahasa Indonesia,2002:228). Dadu
juga merupakan media yang bisa digunakan dalam pembelajaran matematika untuk
mengembangkan kemampuan operasi penjumlahan (Andriyani,2009).
Menurut pendapat Jones
(1993:82,Andriyani.2009) bahwa dadu dapat membantu anak dalam membangun konsep
bilangan dan berhiyung,berhitung dalam arti menghitung jumlah mata dadu yang
kemungkinan muncul.
2. Bentuk-bentuk
Permainan dadu
Berbagai
permainan dadu secara aktif melibatkan anak dapat disusun dengan cara yang
kreatif. Berbagai variasi dari permainan dadu ini,imajinasi dan pengetahuan
seorang guru diperlukan. Beberapa permainan dadu yang dapat dilakukan anak usia
dini bahkan dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan mengenal bilangan anak
(Tn,2008:34).
a. Bermain
dadu mengitung angka
Membutuhkan satu dadu, permainan
diawali dengan suit untuk menentukan giliran pertama melempar dadu, anak yang
menang melempar dadu anak menghitung dan menyebutkan angka yang muncul pada
bagian atas dadu, menghitungnya mulai dari angka satu sampai angka yang muncul
dibagian atas dadu dan memcari angka yang sama. kemudian mengambil benda atau
gambar sesuai dengan angka yang muncul dan menyimpannya, kemudian dihitung satu
persatu.
b. Permainan
satuan dan puluhan
a. Tentukan
giliran
b. Kocok
dadu dan jumlahkan anka pada kedua dadu
c. Tuliskan
jumlah tersebut pada kertas
d. Peserta
pertama yang pertama kali mencapai 50 menjadi pemenang
13
c. Cara
memainkan dadu dalam pembelajaran berhitung atau mengenal penjumlahan yaitu
dengan dilempar sebanyak dua kali. Pada lemparan pertama, anak menghitung
jumlah titik yang muncul lalu menghitung titik mata dadu yang muncul pada
lemparan yang kedua kemudian menjumlah kan titik dadu yang muncul, dilakukan
secara berulang ulang dalam satu kelompok.
3. Kelemahan
dari pembelajaran melalui bermain dadu
a. Banyak
menyita waktu untuk melihat mata dadu yang muncul karena anak harus melempar
dadu tersebut. Waktu ya g agak lama karena harus melempar dua kali atau tiga
kali kemudian ditung atau dikurangi untuk penambahan dan pengurangan.
b. Kadang
kadang mata dadu yang muncul tidak sesuai dengan harapan anak, misalnya anak
menginginkan mata dadu yang muncul angka enam ternyata angka empat anak sedikit
merasa kesal.
c. Memerlukan
banyak sekali dadu, karena menyesuaikan dengan jumlah anak-anak agar mereka
tidak saling berebutan.
4. Kelebihan
dari pembelajaran melalui bermain dadu
a. Anak
memilih sendiri dadu yang dilemparnya sehingga anak bersemangat, pemberian
kesempatan pada anak untuk melakukan yang ia inginkan merupakan hal yang
menyenangkan bagi anak, anak akan merasa bersemangat dan rasa percaya diri akan
tumbuh.
b. Tidak
mengantuk dan bosan karena anak beraktivitas secara aktif.Anak diberi
kesempatan untuk melempar, mengelompokkan, menghitung dan mengurangi sehingga
anak aktif.
c. Anak
tertarik untuk mengetahui mata dadu yang muncul dari lemparan yang dibuatnya
sendiri. Anak merasa bangga jika angka yang muncul sesuai dengan keinginannya. Sedangkan
anak yang belum bisa mengitung dan mengelompokkkan jumlah mata dadu akan
berusaha mencoba dan mencoba lagi.Dalam hal ini guru berperan sebagai
motivator, memotivasi anak untuk mengambil melempar dadu dengan antusias dengan
menghitung jumlah
14
BAB
III
PELAKSANAAN
PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek,Tempat
dan Waktu serta pihak yang Membantu penelitian
1. Subjek
Guru RA An Nauli dan
Anak kelompok B RA An Nauli Pandan yang berjumlah 15 orang terdiri dari 8 orang
laki-laki dan 7 orang perempuan
2. Tempat
lokasi
Sekolah RA An Nauli
berada di Jl.D.L.Tobing Perum Tolang Elok No.01 A Aek Tolang kabupaten Tapanuli
Tengah
3. Waktu
pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan
pada hari senin sampai jum’at,yang terdiri dari 2 siklus,yaitu siklus 1 dimulai
dari tanggal 9 april sampai 13 april 2018.Siklus ke 2 dari tanggal 16 april
sampai 20 april 2018.
4. Penelitian
ini akan dilaksanakan di Sekolah TK Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA) Sibolga
Selatan dengan jumlah siswa 18 orang yang terdiri dari 6 orang perempuan dan 12
orang laki – laki.
5. Pihak
yang membantu penelitian yaitu Bapak Salmon Tambunan,S.Pd,M.Pd dan Supervisor 2
Ibu Nursalis Sidabutar,S.Pd.I.
16
B. DESAIN
PROSEDUR PERBAIAKAN PEMBELAJARAN
Desain penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas dengan dua siklus yaitu:
Gambar
1
Langkah-langkah
PTK (Wardhani dan Wihardit, 2007)
17
1. Rencana
a. Tindakan
yang akan dilaksanakan/alternatif
o
Kegiatan belajar dengan menggunakan dadu
dilakukan diruangan,dengan membagi anak perkelompok disetiap siklus.
o
Alat permainan/dadu yang digunakan
diletakkan diatas meja anak-anak,sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
o
Pengaturan kelas dilakukan agar anak
merasa nyaman sebelum memulai pembelajaran yang berbentuk permainan.
o
Pemberian umpan balik yang menunjukkan
penghargaan atas unjuk kerja anak anak membuat kegiatan pembelajaran lebih baik
dan menimbulkan rasa menyenangkan bagi anak anak.
b. Langkah-langkah
Perbaikan
o
Guru mengajak anak-anak bersama sama menyanyikan
lagu “123” menggunakan jari-jari tangan.
o
Guru membagikan dan meletakkan dadu
diatas meja setiap anak
o
Guru memberi petunjuk cara memainkan
dadu dan memberi contoh cara menghitung mata dadu yang muncul
o
Guru memberi kesempatan kepada anak
untuk mencontohkan melempar dadu dan menghitung mata dadu yang muncul sebelum
kegiatan dilakukan
o
Guru meminta anak anak secara serentak
untuk melempar mata dadu dan menyebutkan angka secara bergiliran.
o
Guru meminta anak untuk meletakkan anak
dadu ke kertas dadu sambil berhitung sesuai mata dadu yang muncul.
o
Guru menjelaskan kembali cara bermain
dadu untuk berhitung tambah kurang bentuk sederhana menggunakan dadu.
o
Guru mengobservasi dan memperhatikan
kemajuan anak dalam berhitung menggunakan dadu.
18
2. Pelaksanaan
a. Perencanaan
Tindakan
o
Mendiskusikan permasalahan yang selama
ini diamati dikelas bersama supervisor,agar dapat mengatasi permasalahan
tersebut.
o
Menentukan upaya-upaya perbaikan yang
mungkin dapat dilakukan
o
Menyusun pelaksanaan perbaikan
pembelajaran siklus pertama
o
Meminta pendapat teman sejawat untuk
berkolaborasi mengamati keterlaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan
o
Menjumpai kepala sekolah untuk
memberitahu rencana guru untuk memperbaiki proses kegiatan pembelajaran
o
Membuat lembar pengamatan
o
Merencanakan pengelolaan kelas
o
Membuat pengumpulan data hasil belajar
anak
b. Pelaksanaan
Tindakan
o
Menyepakati mekanisme pelaksanaan
kegiatan pembelajaran bersama pengamat
o
Melaksanakan kegiatan perbaikan
pembelajaran sesuai rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran memberi
penilaian terhadap hasil unjuk kerja anak.
19
1. Pengamatan/Pengumpulan
Data/Instrument
No
|
Kegiatan/Uraian
yang
diamati
|
Indikator
|
Nilai
|
||
KB
|
B
|
BS
|
|||
1
|
Perencanaan
Kegiatan
|
o Menyusun
rencana kegiatan
o Alat
permainan yang digunakan
o Kegiatan
awal,inti dan akhir
o Pengaturan
waktu
o Pengaturan
kelas
o Alat
penilaian
o Kegiatan
yang akan dilakukan
|
|
P
P
|
P
P
P
P
P
|
2
|
Pelaksanaan
Kegiatan
|
o Kesesuaian
rencana dengan pelaksanaan
o Penampilan
guru
o Cara
guru memotivasi anak
o Minat
anak melakukan kegiatan
o Hasil
unjuk kerja anak
o Penilaian
yang akan dilakukan guru
|
|
P
P
P
P
P
|
P
|
Tabel.1
20
2. Refleksi
a) Kekuatan
dan kelemahan tindakan perbaikan kegiatan pengembangan
kekuatan :
o
Kegiatan dan indikator sesuai tingkat
perkembangan anak
o
Materi yang disajikan sesuai dengan
kemampuan anak
o
Media yang digunakan sesuai dengan
materi yang
menunjukkan
ketertarikan anak pada kegiatan berhitung
o
Anak merasa puas dengan hasil unjuk
kerjanya.
o
Anak bersemangat dan bergembira ketika
melakukan kegiatan
Kelemahan :
o
Ketika guru memberikan petunjuk cara
menggunakan media anak anak sebagian asyik memainkan dadu.
o
Media yang digunakan terbatas sehingga
anak anak berebutan untuk memainkan dadu
o
Pada umumnya minat anak tidak
menunjukkan kemauan untuk berhitung jika tidak dikontrol guru melakukan
kegiatan.
o
Anak sebagian tidak sabar menunggu
giliran ketika memainkan dadu ketika dibentuk kelompok
b) Kekuatan
atau kelemahan diri dalam merancang dan melakukan serta tindakan perbaikan
kegiatan pengembangan.
Kekuatan :
o
Berusaha memperbaiki kegiatan dengan
merancang dan melakukan variasi kegiatan pembelajaran dan pengelolaan kelas
o
Menyediakan media sesuai jumlah anak dan
kebutuhan anak
Kelemahan:
o
Tidak berusaha untuk berdiskusi dengan
teman sejawat dalam merancang kegiatan agar lebih baik dan berhasil dalam
pelaksanaan.
21
C. TEKNIK
ANALISIS DATA
Analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis diskriptif :
a.
Hasil bermain dianalisis dengan analisis
diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes antar siklus maupun dengan
indikator kinerja.
b. Observasi
maupun penugasan dengan analisis diskriptif kualitatif berdasarkan hasil
observasi dan refleksi.
22
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
I.Siklus 1
A. DESKRIPSI
HASIL PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Siklus
pertama ini dilaksanakan pada tanggal 9 april sampai 13 april 2018, pada tahap
ini guru menyusun rencana kegiatan berdasarkan pokok bahasan dan tema yang akan
diajarkan yaitu kemampuan berhitung anak meliputi merumuskan tujuan
pembelajaran, menyusun langkah-langkah pembelajaran, merencanakan metode apa
yang sesuai pokok bahasan yang diajarkan dan bagaimana melaksanakannya, serta
menyusun alat evaluasi yang sesuai dengan tujuan.
Pada
siklus kegiatan berhitung untuk mengembangkan kemampuan berhitung yang
dilakukan guru di dalam kelas pada saat pembelajaran berlangsung belum
sedemikian rupa baik itu dalam penggunaan metode maupun medianya Sehingga
kegiatan pengembangan kegiatan berhitung belum mendapatkan hasil yang baik,
masih ada beberapa anak yang belum bisa berhitung
dan menyebabkan anak belum mampu berhitung tambah kurang.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan
penulis pada penelitian maka diperoleh
data sebagai berikut :
Refleksi
: Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa :
26
% berkembang sangat baik
33
% berkembang sesuai harapan
40
% Sudah mulai berkembang
23
B.
Pembahasan
Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran.
Berdasarkan
hasil analisa, Hasil kegiatan penggunaan dadu dalam pembelajaran yang dilakukan oleh anak berjalan dengan
lancar walaupun masih banyak anak-anak yang belum mampu berhitung. Guru
melaksanakan pengajaran dengan menggunakan teknik dan media sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun. Pada kegiatan awal pembelajaran guru melakukan
kegiatan bernyanyi, dan menjelaskan benda-benda atau media yang dipergunakan
untuk kegiatan berhitung.
Komponen Siklus I
Tabel
2
No.
|
Nilai
|
Menyebut
angka sesuai jumlah mata dadu
|
Mengumpul jumlah
amplop sesuai mata dadu
|
Mengumpul
jumlah amplop sesuai mata dadu 2x putaran
|
Penambahan
menggunakan dadu
|
Pengurangan
menggunakan dadu
|
1
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
|
3
|
3
|
4
|
4
|
6
|
3
|
|
8
|
8
|
6
|
7
|
4
|
4
|
|
4
|
4
|
5
|
4
|
5
|
Jumlah
Anak
|
15
|
15
|
15
|
15
|
15
|
Keterangan :
: BB (Belum berkembang)
:
MB (Mulai berkembang)
: BSH (Berkembang sesuai harapan)
: BSB (Berkembang sangat
baik)
24
Lembar Penilaian Hasil Kerja Anak – siklus I
Tabel
3
NILAI
|
FREKUENSI
|
PRESENTASE
|
KETERANGAN
|
|
-
|
-
|
|
|
6
|
40 %
|
6 Orang anak Mulai berkembang
|
|
5
|
33 %
|
5 Orang anak berkembang sesuai harapan
|
|
4
|
26 %
|
4 Orang anak berkembang sangat baik
|
JUMLAH
|
15
|
100 %
|
|
Gambar
2 : Diagram rekapitulasi Prestasi Siklus I
25
Dari diagram tersebut dapat diketahui bahwa pada siklus I kemampuan anak terbilang
sudah mulai berkembang 40 % , baru 33 %
berkembang sesuai harapan dan hanya 26 % anak berkembang sangat baik.
II.Siklus
2
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Perbaikan Pembelajaran.
Siklus
kedua dilaksanakan pada tanggal 16 april sampai 3 Mei 2018. Siklus kedua ini,
perencanaan kegiatan pada Rencana Kegiatan Harian dilaksanakan pada kegiatan
pembuka, yaitu : Sebelum melakukan kegiatan pada siklus II, peneliti
menerangkan secara jelas setiap langkah-langkah kegiatan, menunjukkan teknik yang
digunakan dalam menjumlahkan dan mengurangkan menggunakan dadu kepada anak
kemudian di beri contoh oleh peneliti semua kegiatan yang akan dilakukan anak
dengan media / benda yang lebih menarik perhatian anak.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan
penulis pada penelitian maka diperoleh data sebagai berikut :
Refleksi :
Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa :
40 % berkembang
sangat baik
46 % berkembang
sesuai harapan
13 % Sudah mulai
berkembang
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Perbaikan Pembelajaran.
Pada siklus kedua ini, penelitian
perencanaan telah dipersiapkan sesuai dengan yang dibutuhkan. Kegiatan yang
dilakukan anak sesuai dengan pengembangan kemampuan berhitung anak .
Pada siklus kedua ini, tim penyaring
data lebih mudah dalam menyimpulkan data keberhasilan anak karena pada umumnya
anak sudah mampu melaksanakan kegiatan yang meningkatkan kemampuan berhitung
anak.
26
Komponen Siklus II
Tabel
4
No.
|
Nilai
|
Menyebut
angka sesuai mata dadu
|
Mengumpul
jumlah amplop sesuai mata dadu
|
Mengumpulkan
jumlah amplop sesuai mata dadu bentuk kelompok
|
Penambahan
menggunakan dadu
|
Pengurangan
menggunakan dadu
|
1
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
|
4
|
3
|
2
|
2
|
3
|
3
|
|
5
|
6
|
7
|
7
|
6
|
4
|
|
6
|
6
|
6
|
6
|
6
|
Jumlah
Anak
|
15
|
15
|
15
|
15
|
15
|
Keterangan :
: BB (Belum berkembang)
:
MB (Mulai berkembang)
: BSH (Berkembang sesuai harapan)
: BSB (Berkembang sangat
baik)
Lembar Penilaian Hasil Kerja Anak
– siklus II
Tabel 5
NILAI
|
FREKUENSI
|
PRESENTASE
|
KETERANGAN
|
|
-
|
-
|
|
|
2
|
13 %
|
2 Orang anak Mulai berkembang
|
|
7
|
46 %
|
7 Orang anak berkembang sesuai harapan
|
|
6
|
40 %
|
6 Orang anak berkembang sangat baik
|
JUMLAH
|
15
|
100 %
|
|
27
Gambar 3 : Diagram rekapitulasi Prestasi
Siklus II
Dari
diagram tersebut dapat diketahui bahwa
pada siklus II kemampuan berhitung 13 % mulai berkembang, 46 % berkembang
sesuai harapan, 40 % berkembang sangat baik.
28
Maka Kesimpulan dari
hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan mulai dari siklus I sampai siklus
II Yaitu :
Gambar
4 : Rekapitulasi hasil perbaikan pembelajaran Siklus I dan Siklus II
Dari
diagram diatas terlihat jelas peningkatan kemampuan berhitung melalui dadu yang
cukup tinggi dari siklus I ke siklus II yaitu siswa mulai berkembang meningkat
27 %,kemampuan berhitung sesuai harapan meningkat sampai 13 % dan 20 %
meningkat sangat baik.
Berdasarkan
hasil kemampuan anak yang telah mencapai 75 % , maka peneliti bersama observasi
sepakat bahwa penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan untuk kelompok B RA.
An –Nauli Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah berhenti pada siklus II.
29
BAB
V
SIMPULAN
SARAN DAN TINDAK LANJUT
A. Kesimpulan
a) Menggunakan
dadu pada pembelajaran di dalam kelas ternyata dapat memberikan dampak positif
terhadap peningkatan kemampuan berhitung pada anak usia dini. Hal ini terbukti
dari rekapitulasi penilaian kemampuan anak dalam berhitung menggunakan dadu.
Dari siklus 1 dan siklus 2 anak mampu dan paham berhitung benda dan berhitung
tambah kurang mencapai 11 orang anak atau 75 % dari 15 siswa.
b) Belajar
berhitung menggunakan dadu tidak memberatkan memori otak, karena diberikan
secara menyenangkan maka sistem limbik otak anak akan senantiasa terbuka
sehingga memudahkan anak dalam menerima materi.
c) Dengan
adanya pemahaman dalam pembelajaran pada anak ternyata dapat meningkatkan
perkembangan anak khususnya perkembangan kognitif melalui berhitung.
d) Dengan
adanya kegiatan berhitung menggunakan dadu telah menerapkan prinsip belajar
seraya bermain.
B. Saran
Tindak Lanjut
a) Pembelajaran
menggunakan dadu dapat menciptakan strategi dan kreativitas bagi para guru yang
akan menerapkannya menjadi model pembelajaran dengan hasil memuaskan.
b) Guru
hendaknya dapat mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan tahap
pembelajaran anak.
c) Kegiatan
berhitung untuk memotivasi dan meningkatkan kemampuan siswa akan berhasil jika
dilakukan dengan senang,gembira dan mudah tanpa membebani anak serta
menggunakan metode yang sesuai dengan perkembangan atau dunia anak.
30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar